Part.4.
Pagi masih belum beranjak jauh
Kuaran hawa kematian masih kental
Bayang-bayang berterbangan menjadi wakil elmaut sepertinya
Yang lengah binasa
Yang terpedaya tak beda nasibnya
Jurang Mulut Ular tidak berjarak jauh dari arena pertempuran tidak seimbang itu.
Satu nyawa telah terbang milik Sri Kanti istri Adipati Bambang Suwalapati yang sekarang mengereng marah.
Tubuh melesat cepat membagi pukulan, tendangan dan tusukan dengan selubung tenaga dalam Amuk Sardulo Petak.
Serangan yang dilambari nafsu membalas dendam. Kematian istri dan siksaan kepada anaknya. Membuat Adipati Bambang mata gelap, kalap!
Ia tertutup akan pertimbangan bahwa kelima sisa lawannya bukanlah orang sembarangan.
Melakukan pencegatan kepada Adipati Bambang yang sudah terkenal sakti jika tanpa persiapan. Mustahil mereka akan lakukan.
Tanpa persiapan dan keyakinan menang, mana mungkin mereka berani mnegambil resiko untuk mengambil tugas berbahaya ini. Tugas jika gagal dilakukan, nyawa mereka adalah taruhannya.
Melihat gerak sebat Adipati Bambang yang begitu trengginas dan berbahaya. Tanpa komando, kelima pencegat itu bergerak berlapis saling menjaga dan melindungi.
Gerakan teratur untuk menghadapi Adipati yang tangguh ini.
" Dua... Lima... tutup jalan semua keluar!... Hiaaat!"