Mohon tunggu...
Dr. Jafrizal
Dr. Jafrizal Mohon Tunggu... Dr.drh. Jafrizal, MM, Dosen, MV Ahli Madya, Ketua PDHI Sumsel 2016-2024, Praktisi dan Owner Jafvet Clinic, Abdi Negara di Pemprov Sumsel, POV Prov Sumsel, Dosen Ekonomi Industri dan Agribisnis

Hobinya berfikir, menulis, berkata dan melakukan apa yang telah dikatakan...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Hari Ayam dan Telur Nasional 2025: Saatnya Menata Arah, Menghadirkan Keadilan Pangan

13 Oktober 2025   14:38 Diperbarui: 13 Oktober 2025   14:38 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Telur dan Ayam.untuk Protein Hewani Masyarakat (Jaf)

Padahal, di sisi lain, Indonesia adalah salah satu produsen telur terbesar di Asia. Ironinya, konsumsi telur masyarakat masih sekitar 130 butir per orang per tahun, jauh di bawah Malaysia yang mencapai 370 butir.

Artinya, rakyat belum cukup makan telur --- bukan karena tidak tersedia, tapi karena tidak terjangkau dan belum terbiasa.

Ayam Potong: Industri Besar yang Tidak Sepenuhnya Menyentuh Rakyat

Berbeda dengan telur, ayam pedaging (broiler) kini didominasi oleh perusahaan integrasi besar.

Semuanya serba efisien: bibit unggul, pakan terstandar, produksi massal, hingga sistem rumah potong modern. Namun, kemajuan ini juga melahirkan ketimpangan struktural.

Sistem kemitraan yang seharusnya menjadi solusi justru sering timpang:

  • Peternak plasma menanggung risiko, tapi tidak mengontrol harga;
  • Perusahaan inti menentukan semua input dan hasil;
  • Transparansi biaya dan pembagian keuntungan sering tidak jelas.

Akibatnya, peternak rakyat kehilangan ruang tumbuh, dan pasar tradisional tertekan oleh suplai besar dari industri yang membanjiri pasar domestik.

Surplus Tapi Konsumsi Rendah: Masalahnya Bukan Produksi, Tapi Sistem

Produksi ayam dan telur nasional sebenarnya sudah cukup. Bahkan, menurut data Kementerian Pertanian, kita surplus secara nasional.

Namun surplus bukan berarti rakyat cukup makan protein.

Masalahnya ada pada empat hal mendasar:

  • Distribusi tidak merata. Sentra produksi terkonsentrasi di Jawa, sementara wilayah timur defisit. Biaya logistik tinggi, rantai dingin terbatas.
  • Daya beli rendah. Bagi banyak keluarga, daging ayam dan telur masih dianggap lauk "spesial", bukan makanan pokok.
  • Kurangnya edukasi gizi. Banyak yang belum sadar pentingnya protein hewani bagi tumbuh kembang anak.
  • Ketimpangan struktur pasar. Produksi besar terkonsentrasi di korporasi, sementara peternak kecil bersaing di pasar bebas tanpa perlindungan harga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun