***
Tumpahan darah merah berserakan diatas aspal yang akan aku lalui bersama Inelku.
"Nel, kita berhenti sejenak atau lanjut jalan saja, lagian yang kecelakaan orang yang tidak mungkin kita kenal kan?"
"Berhenti!''
Jawab Inel mengagetkan.
"Mas, tolong berhenti dahulu''
Seorang paruh baya menyapa dan memaksaku untuk turun dari motorku.
"Kan, aku bilang juga apa, berhenti!"
Bela Inel membenarkan dirinya.
"Ada apa ya pak, kami lagi buru-buru dalam perjalanan ini pak, mohon pengertiannya'' sahutku
"Begini Mas, kami kebingungan untuk menghubungi polisi terdekat, kami mohon bantuannya. Minjem hapenya sebentar saja'' permohonannya sungguh memelas
"Pak ini kejadian udah berapa jam?"
Tanya Inel, layaknya wartawan saja dia ini
"Baru beberapa menit yang lalu Mbak, makanya saya dan kawan-kawan saya memberhentikan paksa Mbak dan Masnya. Dari tadi belum ada yang melintasi area ini, padahal biasanya ramai. Apalagi sekarang hari minggu. Tapi gak tahu kenapa sekarang sepi.
"Mungkin masih kepagian Pak''
Jawab Inelku. Cerdas sekali, ini masih jam 9 pagi. Padahal memang benar jalan ini biasanya ramai. Nel, Inel kamu ini tetap saja lugu seperti dulu.
"Aku makin I love You padamu"
Sontak aku berkata lantang dalam lamunanku tadi. Inel dan dua Bapak-bapak yang disekitar melongo keheranan dengan tingkah konyolku.
"Atuh, hampura sadayana''
Logat sundaku kadang keluar kalau lagi kebingungan gini.
"Cepat telepon kator polisi!''
Sergap Inel setengah kesal kepadaku
"Iyaa ini lagi dihubungi, Nel sabaar atuh ah''
"Kami juga mau melanjutkan perjalanan Mas, cepat jangan kebanyakan melamun dalam darurat seperti ini!''
Buset dah ah aku dimarahin sama Bapak-bapak, udah berhentiin paksa, dimarahin. Apes kali hari Minggu yang kutunggu indah menjadi resah gini. Â
*** Bersambung***
Indramayu, 16 Desember 2018Â