Kita tentu sering mendengar orang mengatakan bahwa omongan atau perkataan adalah doa. Ungkapan ini mengingatkan kita bahwa setiap perkataan yang terucap bisa menjadi kenyataan, baik itu yang baik maupun yang buruk. Oleh karena itu, kita diajak untuk selalu berhati-hati dan memilih kata-kata yang positif.
Seringkali perkataan yang tidak baik dan di luar kontrol muncul saat kita sedang emosi. Nah sebagai kaum perempuan yang memiliki kosa kata sampai 20.000 dalam sehari, harus ekstra hati-hati ya.
Ada beberapa kata atau kalimat yang bila diucapkan oleh seorang ibu kepada anaknya bisa berakibat buruk bagi perkembangan mentalnya di masa depan.
Pertama, "Ibu capek ngurusin kamu."
Perkataan ini akan masuk ke alam bawah sadar anak sehingga anak merasa bahwa dirinya tidak berguna dan menyusahkan.
Ini akan terbawa terus dalam kehidupan anak bila tidak segera diperbaiki. Anak akan merasa bersalah karena dianggap sebagai beban. Jika sudah seperti itu anak akan merasa tidak dihargai, bisa tumbuh menjadi pribadi yang pesimis, mudah menyalahkan diri sendiri, atau sulit menghargai diri.
Faktanya memang ibu capek, lelah namun cara menyampaikannya bisa diubah agar tidak merusak psikologis anak.
Silakan mengekspresikan rasa capek dan lelah itu tanpa menyalahkan anak. Ganti kalimat dengan yang lebih nyaman didengar. Misalnya "Ibu sedang merasa lelah hari ini. Ibu butuh istirahat sebentar."
Kedua, "Kalau ibu sudah tiada, baru tahu rasa kamu."
Efek dari perkataan ini secara langsung menanamkan ketakutan terbesar anak yaitu kehilangan sosok ibu. Bagi anak, ibu adalah sumber keamanan, kasih sayang, dan kelangsungan hidup. Mengucapkan hal ini sama dengan mengancam stabilitas emosional dan dunia mereka. Mereka akan hidup dalam kecemasan konstan tentang kemungkinan kehilangan ibu.