Kota Ambarawa menyimpan nilai sejarah yang tinggi. Kota ini pernah menjadi produsen Batik sejak tahun 1800 an. Sayangnya banyak masyarakat yang tidak mengetahui hal itu (Astono, F., 2022). Saat ini sebagian motif batiknya tersimpan di Tropen Museum, Kota Leiden di Belanda, tertulis tahun 1867 (Permana, D.A., & Khairina, 2021). Terdapat 83 motif Batik Ambarawa di museum dengan kode penomoran mulai dari H637/1 hingga H637/83.  Motifnya tentang flora dan fauna Ambarawa, khususnya yang ada di Rawa Pening seperti kangkung, enceng gondok , teratai hingga buah anggur.  Motif fauna seperti katak, burung, kumbang, kupu-kupu juga ular Baruklinting , mitologi asal-usul danau Rawa Pening.  Ada juga motif Geometris dengan ragam hias motif batik klasik Pedalaman seperti Parang, Kawung, Ceplokan, Truntum, Tambal Ketupat, Gringsing, Udan Riris, Tumpal dan lain sebagainya.
Yakobus Sukandar (98 Tahun), Warga Ambarawa mantan tentara pejuang, menceritakan bahwa Ambarawa pernah mempunyai pabrik batik besar.  Lokasinya di depan Klenteng Hok Tik Bio, di sebelah kiri Kantor Pos Besar.  Dulu pabrik tersebut merupakan toko batik sedangkan bagian belakang merupakan tempat pembuatannya.  Sukandar menyaksikan bahwa pabrik tersebut mempunyai cabang yang berada di Lohdoyong. Pabrik merupakan milik  Oei Po Yam, pengusaha Tionghoa yang tinggal di Ambarawa (Sukandar, Y., Wawancara 28 September 2023).