Mohon tunggu...
ivankla
ivankla Mohon Tunggu... Administrasi - Senang dengan karya Jurnalis

Senang dengan karya jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jelajah Sepeda Wisata Toraja dalam Dedikasi dan Karya Wisata

25 Maret 2022   02:32 Diperbarui: 25 Maret 2022   02:40 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PANGGUNG EVENT JSWT 2018, dan Peserta asal Toronto, Kanada (Dokpri)

Bersepeda sebagai cadangan transportasi altermatif telah dikenal sejak 1817 dan saat itu masih diperuntukkan alat tranportasi jarak terbatas.

Saat ini Sepeda telah menjadi objek transportasi umum yang digunakan juga untuk menghindari kemacetan di wilayah urban. Sepeda juga dikenal sebagai media olah raga dengan jumlah peminat sangat tinggi. Bahkan sepeda sudah menjadi trend, gaya hidup mendokrak gengsi bagi sebagian kalangan. Maka tidak salah para goweser berterima kasih kepada Karl Drais seorang kebangsaan Jerman sang penemu sepeda itu sendiri. 

Seiring perjalanan waktu sepeda terus meningkat peminatnya, salah satu alasan yang positif adalah tidak ingin berkontribusi dalam pencemaran lingkungan.

Tidak terkecuali dalam pusaran selebrity Sepeda menjadi gaya hidup kalangan vigur publik/selebity.

Para penggiat sepeda pasti kenal dan sering menyaksikan para artis yang hobby dengan kendaaraan pedal dua ini . Makanya salah satu factor, harga satuan sepeda perlahan mengalami peningkatan karena banyaknya  orang khusunya Indonesia mulai Hobby bersepeda dengan berdalih olahraga. Apalagi ditambah sejak adanya Virus Corona yang melanda Dunia.

Jauh sebelum sepeda menjadi property penting saat ini, di Tahun 2010 saat itu yang paling di minati para penggiat sepeda adalah Jenis Mountain Bike,  hard tail, dan Fixie. 

Hal sangat populer seiring dengan jumlah peminat bersepeda di beberapa Daerah se Nusantara, mewadahi komunitas ini dengan kegiatan atau event. Karena saat itu bersepeda ke luar daerah bersama dengan satu kelompok komunitas sangatlah menyenangkan, bahkan di jadikan sebagai kegiatan akhir pekan dan berwisata. 

Bukan tanpa alasan, kadang pihak Panitia menawarkan jalur/route dengan melewati tempat/objek alam yang instagramable. Baik sekedar singgah berfoto dan tempat beristihat sambil menikmati indahnya pemandangan.

Media bersepeda saat itu masih mayoritas menggunakan istilah XC atau anonim dari Cross Country. Jenis sepeda yang di gunakan adalah sepeda jenis MTB (Mountain Bike) atau sepeda gunung, karena Akses jalan kebanyakan melalui daerah dengan tingkat benturan yang terjadi setiap saat, sesuai dengan sepeda jenis MTB didesain untuk dapat menahan benturan karena dilengkapi dengan  suspensi. 

Selain jalan yang dilalui tergolong high impact, jalur juga biasanya melewati daerah persawahan, bukit, penurunan menukik, bahkan tidak sedikit melalui/menyeberangi aliran sungai.

layout dari JSWT 2018
layout dari JSWT 2018

Tana Toraja disaat itu sdh terlibat dalam beberapa event XC namun masih orang perorangan (independet), belum ada komunitas sepeda di Tana Toraja. Nanti pd Bulan Februari 2011 - seakan tidak mau ketinggalan dengan daerah otonom lainnya - Tana Toraja akhirnya menandai kehadiran komunitas sepeda Tana Toraja dengan nama GCC (Gasing Cicling Community), yang deklarasikan dengan acara gowes bareng dengan kabupaten terangga di rujab Ketua DPRD. 

Kehadiran peserta gowes bareng lumayan junlahnya menandai hadirnya cycling community di Daerah Wisata. Dalam sesi sambutan baik daerah unsur Pemda dan unsur perwakilan komunitas sepeda dari kabupaten tetangga, disaat itu pula di sampaikanlah bahwa Tana Toraja akan memproyeksikan event sepeda skala regional Sulawesi selatan. Seakan tidak mau kalah dan ketinggalan dengan daerah lainnya yang telah lebih dulu menggelar giat XC.

Maka tindak lanjut dari dibuatnya event XC dimana Tana Toraja sebagai tuan tumah, kemudian di susunlah kepanitiaan, sama pada umumnya yang dilakukan untuk merealisasikan rencana kegiatan. Namun saat itu teman masih sulit membingkai penamaan event selain Cross Country (XC), ibarat sdh jadi pakem untuk event sepeda Jenis MTB.

Maka Ketua GCC saat itu Ivan Kalalembang yang juga menjadi Ketua Harian Panitia menawarkan konsep bersepeda wisata dengan nama "JELAJAH SEPEDA WISATA TORAJA" atau di singkat JSWT part 1. Karena event ini akan di didekasikan bagi Daerah dan PEMDA Tana Toraja khusunya sebagai Kalender Event tahunan, dalam menyedot jumlah kunjungan wisata ke Tana Toraja. 

Maka kegiatan ini, khusunya bersepeda gunung akan selalu ada pada rambunya yaitu Jelajah Sepeda Wisata Toraja. dan hasil Audance dgn Bapak Wakil Gubernur Sulsel di sepakati akan di laksanakan di tahun Genap atau satu kali dalam 2 Tahun - mengingat komuntas di Toraja Utara juga sudah mengagendakan gelar giat yang sama di Tahun ganjil dengan Penamaan XC TCC ( Cross Country Toraja Cycling Club). Bahkan dalam satu pesan khusus Wakil Gubernur, bahwa event Sepeda Gunung dgn tajuk JSWT sangat pantas keterkaitan antara konsep event dan karakter Tana Toraja sebagai Tujuan Wisata Nasional

Maka disepakatilah event Mountain Bike pertama akan digelar di Tana Toraja dengan nama Event JSWT.

PHOTO PENARI TRADISIONAL JSWT 2012 (Dokpri)
PHOTO PENARI TRADISIONAL JSWT 2012 (Dokpri)
Seakan Tak puas dengan kesepemahaman nama, Panitia juga mendisainnya dengan mengkolaborasikan kegiatan JSWT antara Sport dan Tourism. Dimana akan di pertunjukan pentas seni dan budaya Toraja serta suguhan panganan lokal saat menjamu para peserta yang hadir nantinya.

Kurang lebih persiapan delapan bulan, pasca penyusunan panitia di bulan maret. Maka di tanggal 1 dan 2 Desember (selama 2 hari), JSWT dihadiri kurang lebih 700 peserta, dari berbagi wilayah di Sulsel dan beberapa dari pulau Kalimantan, Jawa Tengah, Jakarta.  

Seperti biasa Panitia telah stanby 24 Jam, untuk menanti kedatangan tamu dari daerah untuk keperluan Registrasi, yang unik ditambah dengan suguhan cemilan khas Toraja yang pastinya tentu Kopi Asli Toraja. Peserta sangat menikmati, sebelun kemudia lanjut acara gala dinner di Rujab Bupati yang saat itu hadir juga bapak Wakil Gubernur Sulsel dan beberapa anggota DPRD yang sedianya akan melepas peserta di garis star keesokan harinya.

Akhir dari JWST part 1, ditandai dengan pembagian doorprize, setelah bersepeda menumpuh jarak 35 km, melewati perbukitan alam wisata Pango pango yang saat itu baru dalam tahap perintisan.
Dan di hari kedua, bak kecanduan peserta tak capek dan lelah menjajal tempat tempat wisata alam, diantaranya Kuburan Batu Lemo, Area Persawahan wisata Tampang Allo, Museum Buntu Kalando  di kecamatan sangalla dan Area Pemakaman/Kuburan Bayi (baby graves).

Sesuai dengan rencana dam sukses di tahun 2012,  tiap 2 Tahun JSWT selalu hadir tentu dengan konsep namun tetap mengalami beberapa pembenahan, terakhir JSWT hadir menjawab kerinduaan penghobby penggayuh pedal di Tahun 2018 dengan eskalasi peserta sebanyak 1.800 peserta, dan hasil konsensus peserrta yang hadir, menilai bahwa JSWT 2018 adalah peserta terbanyak sepanjang sejarah event event yang dilaksanakan di Wilayah Sulawesi Selatan.

Sanyangnya di Tahun 2020 saat event JSWT masuk dalam event part 5, karena alasan situasional akibat Wabah Virus Covid 19 menjadi bencana Nasional bahkan Dunia, JSWT di Tahun 2020 batal dilaksanakan.

Semoga JSWT kedepan yang telah menjadi icon Toraja dan Sulawesi Selatan dapat kembali di dedikasikan bagi Pemerintah dan Warga Toraja, sekaligus sebagai Karya Olahraga Wisata Alam.

Peserta Asal KostaRika, JSWT 2018 (Dokpri)
Peserta Asal KostaRika, JSWT 2018 (Dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun