Mohon tunggu...
Muhammad Ivan
Muhammad Ivan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS di Kemenko PMK

Sebagai abdi negara, menulis menjadi aktivitas yang membantu saya menajamkan analisa kebijakan publik. Saya bukan penulis, saya hanya berusaha menyebarkan perspektif saya tentang sesuatu hal.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

LPS, Pencetak Nasabah Loyal

3 September 2017   13:03 Diperbarui: 7 September 2017   10:30 1716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Too many people spend money they earned..to buy things they don't want..to impress people that they don't like. -Will Rogers

Pembangunan ekonomi sangat terkait juga dengan masalah pemerataan pendapatan. Ukuran dari ketidakmerataan yang umum dipakai adalah gini koefisien. Berdasarkan data BPS, gini koefisien Indonesia pada tahun 2017 termasuk dalam tingkat menengah, yaitu 0,393. Ironisnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat selama 10 tahun terakhir, namun hal itu disertai juga dengan tingkat ketidakmerataan yang semakin tinggi. Tahun 2012, gini koefisien tertinggi sepanjang 10 tahun terakhir, yakni 0,413.

Sumber: BPS
Sumber: BPS
Kemiskinan telah menjadi pokok pembahasan yang tidak pernah usai dibahas. Selama ketimpangan masih tinggi, maka dampak negatif kemiskinan akan berimbas pula pada banyak hal, seperti deviasi sosial, kriminalitas, dan juga berdampak pada stabilitas keuangan. Teori pembangunan pada awalnya yang hanya berfokus pada tenaga kerja, modal, dan sumber daya alam, namun kini pembangunan juga sudah memperhitungkan pengaruh keuangan dalam ekonomi. Oleh karenanya, edukasi keuangan juga perlu dilakukan kepada masyarakat di level bawah dan menengah, agar mereka bisa merangkah ke level yang lebih baik.

Secara kultural harus kita akui, bahwa masyarakat belum menjadikan uang sebagai simpanan (tabungan), melainkan lebih cenderung langsung dihabiskan alias konsumtif. Kebutuhan belanja anak (kebutuhan) sampai mewujudkan gaya hidup (keinginan) sudah tidak dapat dipilah mana yang prioritas. Prioritas yang keliru jelas akan menghadirkan derita di masa depan.

sumber gambar: stevecutts.com
sumber gambar: stevecutts.com
Menabung saat masih "single" dan sudah berkeluarga merupakan dua hal yang berbeda dan untuk tujuan yang berbeda pula. Ada banyak sudut pandang dalam menilai apakah kita sudah dikatakan cukup pandai dalam mengelola keuangan (finansial). Katakanlah, ada dua pilihan saat kita akan menikah dengan calon, akankah dirayakan atau cukup sebuah akad? Yang satu akan menghabiskan tabungan, satunya lagi akan mengamankan tabungan untuk hal-hal yang lebih produktif dan bermanfaat di masa mendatang.

Dan begitu banyak pertanyaan, yang sebenarnya secara riil saya alami, betapa pentingnya garda pertahanan keluarga yang berasal dari tabungan. Inilah uang kontan yang sebenarnya, dimiliki dengan kerja keras (ditabung). Kerja cerdas akan mengikuti (diinvestasikan tanpa perlu meminjam), jika tahap pertama sudah membawa ketenangan dalam kehidupan berkeluarga.

Kecil tidak selalu "kecil"

Berapa gaji anda untuk menafkahi keluarga?

Apa yang harus anda lakukan apabila terjadi defisit karena kejadian tak terduga?

 Jujur, kita memang tidak punya modalitas budaya soal menabung, karena menabung bukanlah gaya hidup kita. Mungkin, kita lebih cenderung konsumtif. Gaji sebulan, habis seminggu. Sisanya, berutang. Gali lubang tutup lubang. Sebenarnya gerakan simpan uang sudah diajarkan bahkan hingga kini, anak saya yang masih TK dan SD, diwajibkan menabung, namun sayangnya bukan di Bank, tetapi disimpan di sekolah. Ini pertanda baik untuk kebiasaan menabung (biasanya guru tinggal memotong tabungan apabila ada kegiatan sekolah), tinggal bagaimana guru dan sekolah diedukasi untuk selanjutnya menyetorkannya (menyimpan) ke Bank.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun