Mohon tunggu...
Irwan Siswanto
Irwan Siswanto Mohon Tunggu... Jurnalis

Saya suka menulis. Menulis untuk menyuarakan kebaikan dan kebenaran. Amar maruf nahi munkar.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Mengapa Media Mainstream Tidak Mau Membongkar Skandal Bank Centris

3 Agustus 2025   13:32 Diperbarui: 3 Agustus 2025   13:43 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Media seharusnya menjadi anjing penjaga demokrasi, bukan penjaga pagar kekuasaan."

Skandal Bank Centris Internasional (BCI) adalah salah satu babak kelam penegakan hukum dan pengelolaan keuangan negara yang hingga kini masih menyisakan banyak pertanyaan. 

Namun anehnya, nyaris tak satu pun media arus utama yang mengangkat kasus ini secara utuh. Bahkan, mengejar dan mempersoalkan. Padahal, ada pernyataan dan bukti kuat yang dilontarkan saksi ahli dan saksi fakta di dalam forum resmi uji materi Perpu PUPN. Mulai dari rekayasa rekening, penyitaan tanpa dasar hukum, salinan kasasi palsu, hingga penyalahgunaan kekuasaan oleh lembaga negara.

Kasus Yang Disembunyikan?

Bank Centris tidak pernah menerima dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Dana yang dituduhkan justru terkait jual beli promes antara Bank Indonesia dan nasabah Centris---bukan BLBI. Namun pemerintah melalui Satgas BLBI tetap menagih, bahkan menyita harta pribadi pemilik bank, meski:

  • Tidak ada Akta Pengakuan Utang (APU)

  • Tidak ada putusan pengadilan yang mengikat

  • Tidak masuk dalam audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) 2006 tentang BLBI PKPS. 

  • Kasus sudah pernah digugat dan dimenangkan pemilik Bank Centris di pengadilan

Ironisnya, tidak  mempertanyakan dasar hukum penyitaan itu. Sebaliknya, media mainstream malah memuat rilis pemberitaan penyitaan aset pribadi Andri Tedjadharma dengan sebutan obligor BLBI, sehingga menuai somasi. 

Mengapa Media Diam?

Inilah pertanyaan yang terus menggema: mengapa media nasional tidak menyentuh kasus ini?

Ada beberapa kemungkinan:

  • Kekuasaan terlalu kuat, dan redaksi memilih aman.

  • Konflik kepentingan iklan dan bisnis, membuat media enggan meliput kasus yang melibatkan instansi negara.

  • Hilangnya naluri wartawan investigasi untuk membongkar sisi gelap sistem.

Padahal, jika ini terjadi pada satu orang hari ini, bisa terjadi pada siapa pun esok hari.

Karena, jika negara bisa menyita tanpa putusan pengadilan, dan media memilih bungkam, apa artinya demokrasi dan supremasi hukum?

Kasus Bank Centris adalah cermin dari:

  • Kekacauan penegakan hukum,

  • Ketiadaan akuntabilitas dalam lembaga keuangan negara,

  • Dan kemunduran integritas media arus utama.

Saatnya Media Alternatif Bersuara

Sebagai lulusan jurnalistik pada Kampus IISIP Jakarta, penulis dan sejumlah rekan berusaha mengerti, namun sekaligus terus berupaya menyuarakan hal itu dengan membuat situs pribadi 

News-Comment.com . Termasuk melalui media ini. 

Situs itu lahir sebagai respons atas diamnya media besar. Kami percaya publik berhak tahu kebenaran, seutuhnya. Kami akan terus membongkar, menelusuri, dan menyuarakan yang disembunyikan. 

Karena ketika media bungkam, rakyat buta arah. Dan ketika kebenaran dikendalikan kekuasaan, keadilan sulit diwujudkan. Seperti kata Dr Maruarar Siahaan SH, bahwa kepastian hukum itu adalah kepastian yang adil. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun