Mohon tunggu...
Ita Nisa
Ita Nisa Mohon Tunggu... Administrasi - Nulis

Mau bisa nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Tepi dan Berjasa

1 Juli 2021   23:55 Diperbarui: 2 Juli 2021   00:02 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Saya ngerti itu kerjaan saya. Mungkin dokter dan perawat itu juga mereka kan tahunya sudah pasti ada yang bersihin,” jawab Ica memahami.

Ia pun mengaku tidak jarang sedikit mengingatkan kepada dokter dan perawat untuk membuang APD di tempat yang sudah disediakan.

“Kadang saya bercandain dikit. Saya bilang jangan lempar-lempar sarung tangan. Itu kan tempat sampahnya dekat,” jelasnya dengan terkekeh.

Ia tidak hanya sekedar membersihkan ruang operasi dan APD bekas pakai dokter dan perawat secara biasa, tetapi ia melakukan pembersihan ekstra karena adanya kasus COVID-19 ini.

“Tahap membersihkan semuanya sudah sampai pada tahap general cleaning. Tahap itu sudah bukan hanya didisinfektan saja. Sudah di tahap paling atas dalam pembersihan. Bagi saya, dokter yang menangani pasien, sedangkan saya menangani dokter agar tidak sampai terkena atau menyebarkan virus,” jawabnya tertawa lepas.

Wanita berhijab ini pun tidak jarang mendapat perlakuan tidak mengenakan dari tamu rumah sakit tempat ia bekerja.

“Kalau ditanya sering atau jarang, pasti jawabnya sering. Saya ini kan cuma petugas kebersihan. Jujur saja sulit bagi saya mengingat hal-hal itu karena terlalu banyak hal baik yang saya lalui. Saya berfokus pada hal baik dan orang baik saja,” jawabnya dengan senyum tulus.

Ia tidak pernah mau mengingat hal yang menyakitkan hati mengenai perlakuan orang terhadap dirinya. Baginya itu semua hanya hal remeh temeh. Ia memahami di mana ia berada.

“Kami (petugas kebersihan) ini tidak bisa bicara apa pun selain kata maaf, iya, dan baik. Kami tidak punya pilihan kata lainnya,” terangnya dengan tatapan sendu.

Dengan kebesaran hatinya, ia menyemangati diri bekerja dengan situasi mencekam. Ia melakukan semua pekerjaannya bertaruh dengan kesehatan bahkan nyawanya.

“Kami berbeda karena kami mengerjakan semua ini tanpa disumpah,” jawabnya dengan rasa bangga.

Ica berkeyakinan bahwa pekerjaannya merupakan ladang pahala yang besar. Ia bersyukur atas pekerjaan dan hidupnya. (IN)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun