Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Tidak Lagi ...

3 Januari 2022   17:34 Diperbarui: 3 Januari 2022   17:46 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Curhat | tribunnews.com

Aku tidak lagi ...

Meminjam telingamu, untuk dengar semua keluhku

Tampung seluruh sampah emosi yang ku bakar dalam hati

Hasilkan emisi benci dan karbondioksida dendam

Asap permusuhan membumbung ke langit 

Karena telingamu tidak mampu meredamnya

Konflik pun terjadi dimana-mana

Karena telingamu gendangnya sudah bocor


Aku tidak lagi ...

Meminjam matamu, untuk titipkan air mata dan senduku

Aku kira di kedalamannya ada telaga

Yang akan mampu lindapkan rasa kecewa-ku

Pembakaran emosi yang tidak tuntas saat itu

Sisakan segudang kesal dan tangis

Tadinya aku ingin sesendok air mata ini tak kan tampak

Ditelan tenangnya telaga di kedalaman matamu


Aku tidak lagi ...

Meminjam hatimu, untuk berbagi dari hati ke hati

Tadinya aku nyaman titipkan hatiku di sana

Hamparan perdu dan rumput hijau di savana jiwamu

Mampu hangatkan sepi yang lama t'lah membeku

Dalam balutan es kesendirian yang lama

Entah, mungkin bukan aku yang akan jadi hangat

Malah kamu yang berubah jadi dingin terhadapku


Aku tidak lagi ...

Meminjam senyummu, untuk transaksi cerita

Menukar canda tawa yang riang dan berdendang dengan senyum itu

Sungguh sebuah harga yang pantas

Aku dapatkan tulus untuk damaikan hati

Dan kamu dapatkan ceritaku tuk bahan artikel yang akan kau sajikan

Kini senyummu sudah naik harga mengikuti arus dolar

Sedangkan ceritaku jadi tak berarti dan tampak murahan


Aku tidak lagi ...

Meminjam tanganmu, untuk kutaruh di atas hidung

Sebagai bukti atas indahnya sebuah penghormatan

Tangan itu kasarnya masih ada, namun lembutnya sudah hilang

Berganti dengan bau asap rokok, uang, dan kerakusan

Tanganmu kini tak menggenggamku lagi

Dia selalu penuh dan repot menenteng beragam beban kerja

Mungkin semua pekerjaan itu yang akan memapahmu nanti


Aku tidak lagi meminjam telinga

Aku tidak lagi meminjam mata

Aku tidak lagi meminjam hati

Aku tidak lagi meminjam senyum

Aku tidak lagi meminjam tangan

Pada manusia yang serba kekurangan

Karena ada Allah yang selalu dengar keluh-ku

Atasi semua masalah dan selalu lapangkan hidupku


Sumedang, 3 Januari 2022


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun