Setelah sempat kena mental di daerah Toya Marto, kini peserta Mataraman Overland X-plore berhenti di Telaga Ngebel, sebuah tempat wisata Eksotik di lereng Gunung Wilis.
Pemandangan telaga ngebel yang cantik bisa mengobati kecemasan saat melewati rute jalan ekstrem sebelum nya.
Sampai telaga ngebel bisa bernafas lega. Bisa ngopi-ngopi sambil menikmati keindahan telaga. Banyak warung kopi berderet di pinggir telaga.
Di tepi telaga juga banyak gazebo dan tempat untuk duduk-duduk menikmati kuliner sambil menikmati keindahan telaga ngebel.
Meski keindahan telaga ngebel masih alami, ada juga Air mancur menari yang menjadi daya tarik tersendiri.Â
Lebih indah disaksikan saat malam hari, tapi di siang hari semburan air mancur menari juga unik dan menarik. Di sekitar air mancur menari yang tidak jauh dari ikon telaga ngebel ini biasanya ramai pengunjung.
Di samping air mancur menari yang merupakan sentuhan modern, telaga ngebel juga mempunyai legenda menarik tentang naga Baru klinting.
Dikisahkan Naga baru klinting adalah putra seorang pertapa sakti yang kena kutukan sehingga berwujud ular naga yang dinamai naga Baru klinting.
Baru klinting bisa berubah wujud menjadi manusia kalau bersedia bertapa melingkari gunung Wilis.
Baru klinting menyanggupi permintaan Ayahandanya untuk bertapa.
Sementara itu, penduduk desa yang bermaksud mengadakan pesta, berburu ke hutan untuk mendapatkan binatang buruan sebagai hidangan pesta.
Namun sekian lama berburu, mereka tidak juga mendapatkan binatang buruan, sehingga memutuskan untuk beristirahat. Tombak, pedang, lembing, dan senjata untuk berburu mereka tancapkan di akar pepohonan sekitar tempat mereka beristirahat sambil menikmati bekal.
Tapi anehnya, dari akar pohon tersembur getah merah yang setelah diamati lebih seksama, ternyata adalah semburan darah.
Darah itu keluar dari tubuh ular naga raksasa yang tertusuk senjata mereka yang ditancapkan di akar. Ternyata bukan ajar, tapi tubuh ular.
Penduduk desa yang dari pagi sudah capek berburu, dan tidak mendapat binatang buruan, mendadak bersuka ria dan memotong-motong serta menguliti ular raksasa itu sehingga mereka mengumpulkan daging yang sangat banyak untuk hidangan pesta.
Saat penduduk desa meninggalkan hutan, pelan-pelan terlihat asap mengepul dari tempat ular bertapa. Asap itu akhirnya berwujud sempurna menjadi anak kecil yang segera pergi ke arah perkampungan.
Di Desa sedang diadakan pesta meriah dengan hidangan daging yang melimpah. Tapi tidak ada seorangpun yang mempedulikan bocah itu. Bahkan ketika sang bocah merasa kelaparan dan memohon sepiring hidangan, dua justru diusir karena dianggap tak layak berada di pesta.
Sang bocah menuju ke sebuah gubuk di tepi hutan yang dihuni seorang Nenek tua.
Saat sang bocah mengetuk rumah sang nenek, segera dipersilakan masuk dan dijamu dengan nasi tiwul dan Ikan asin serta sayur lodeh yang lezat. Si bocah pun makan dengan lahap sampai kenyang.Â
Sebelum pamit, si bocah mengucapkan terima kasih pada sang nenek, dan berpesan, bila ada suara ramai dan aliran air yang besar, sang nenek harus naik kesung sebagai perahu, dan menggunakan centong nasi yang besar untuk dayungnya.
Sang nenek yang bingung hanya mengangguk.
Si Bocah kembali ke tempat pesta, dan mendatangi kerumunan anak-anak yang sedang bermain. Diambilnya lidi bekas tusuk sate yang sudah dibuang, dan ditancapkan ke tanah.
"Siapa yang berhasil mencabut lidi ini, akan kuberi uang emas!" Katanya sambil mengeluarkan beberapa keping yang emas yang tiba-tiba ada di tangan nya.
Ada anak yang iseng mencabut, tapi tidak bisa. Hal ini membuat temannya heran dan penasaran. Tapi saat ikut mencoba, ternyata juga tak bisa, sampai semua anak mencoba mencabut, tapi juga tak mampu.
Bahkan orang dewasa ikut mencabut, tapi tak mampu. Sampai akhirnya semua orang mencoba, tapi tidak ada yang berhasil mencabutnya.
Kini giliran si bocah yang mencabut lidi itu. Ternyata mudah sekali, bahkan dari bekas lidi yang dicabut, menyembur aliran air, yang lama-lama semakin deras dan besar.
Orang-orang berteriak ketakutan.
"Hentikan..! Hentikan...! Hentikan..!
Tapi aliran air itu terus menyembur semakin besar, dan menenggelamkan semua meski orang-orang berlarian menyelamatkan diri, tidak ada yang selamat. Hanya sang nenek yang selamat dengan naik di atas lesung.
Sedang tentang nama Ngebel, ada yang mengatakan karena di waktu-waktu tertentu ada penampakan naga di tengah telaga sambil membunyikan bel berupa klintingan. Sehingga disebut Ngebel (membunyikan bel).
Ada lagi yang mengatakan, setelah sekian lama, desa yang telah terendam air itu berbau tidak sedap (ngebel). Sehingga telaga yang menggenang itu disebut Ngebel.
Setelah singgah di telaga ngebel untuk coffe break dan salat Jumat, rombongan MOX 2025 melanjutkan perjalanan ke Pendopo Kabupaten Ponorogo.Â
Sebelum menikmati penyambutan luar biasa di Pendopo Kabupaten Ponorogo, yuk saksikan dulu perjalanan peserta MOX 2025 dari telaga ngebel.
Sumber: YouTube @Isti Yogiswandani channelÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI