Mohon tunggu...
Isti  Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Freelancer, suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

MOX 2025: Gagal Melipir Bertemu Rute Ekstrem yang Huhuy

2 Juni 2025   20:30 Diperbarui: 3 Juni 2025   20:12 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rute ekstrem, meski bukan yang paling ekstrem sampai tak sempat merekam karena kena mental (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)

Keluar dari Ngrowo Bening Edupark, iring-iringan Peserta Mataraman Overland X-plore menuju Dungus via Munggut. Jadi belok ke Tek an dulu, baru ke arah Munggut dan Dungus 

Sejak awal, sebenarnya suami sudah diberi tahu temannya yang menjadi salah satu panitia. Kalau sekiranya ragu untuk menempuh rute ekstrem, lebih baik saat sampai di Pasar Dungus keluar dari iring-iringan rombongan, berbelok, dan langsung menuju telaga Ngebel tempat rombongan MOX 2025 direncanakan beristirahat untuk coffe break dan melaksanakan salat Jumat.

Suami juga sudah janjian dengan Om Dody untuk melipir dan tidak mengikuti rombongan karena di sekitar Toya Marto ada jalur ekstrem yang cukup menantang dan huhuy untuk spek SUV. Tapi mungkin aman untuk yang spek 4x4 dan trooper dengan jarak bumper bawah lebih dari 20 cm.

Tapi saat jalan yang kami lewati selalu beraspal dan nyaman, akhirnya kami terlena. Kami pikir, rute jalan yang dilalui selalu begitu. Jadi tidak ada masalah, sehingga tikungan pasar Dungus terlewat, dan kami masih setia dalam rombongan MOX 2025.

Jalan masih beraspal, bahkan setelah melewati tempat wisata nangka ijo. Meski ada tanjakan dan turunan, kami tidak terlalu khawatir dengan mesin berkapasitas 2000 cc.

Meski jalan sempit dan Medan tak rata, kami masih santai, apalagi di setiap tikungan krusial dijaga panitia, polantas, bahkan TNI. Pendampingan yang membuat kami nyaman.

Hingga akhirnya sampai di Medan berbatu besar, menanjak, dan licin karena basah seperti air terjun yang mengering tapi masih tersisa tetesan air.

Mulai masuk jalur tak beraspal (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)
Mulai masuk jalur tak beraspal (dokumentasi pribadi: Isti Yogiswandani)

Coba bayangkan, sebuah air terjun yang tidak terlalu curam, dengan kemiringan yang lumayan, penuh bebatuan, tidak ada air terjunnya, tapi batu-batu besar basah licin berlumut dengan tetesan  air, dan jalan menanjak.

Jalur ini cukup ekstrem. Ditambah mental suami sudah down dan panik. Awalnya aku ingin turun dilarang. Tapi aku berdalih, kalau aku turun, beban mobil lebih ringan, dan aku bisa memberi aba-aba. Akhirnya suami mengijinkan aku turun. Padahal aku pengin turun karena nggak ingin mendengar sumpah serapah suami, yang menyalahkan pemilihan jalur yang ekstrem dan berbahaya seperti ini. Hihihi....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun