Padahal kini muridnya yang dulu suka diisengin juga sudah pada punya suami. Semuanya Dibilang murid kesayangan, dan dulu ditaksir tapi belum mau, mau dilamarlah tapi nggak kesampaian. Ada yang dikasih silverqueen karena ditaksir, tapi nggak paham. Hampir semua isi chatnya untuk banyak mantan murid perempuan seperti itu. Sama! Modus banget. Â Tapi kok ya ada juga yang baper. Bahkan sampai mengkhianati suami agar bisa chat mesra bersama ayah.
Ada yang tetap sopan dan teguh, menghargai mantan gurunya. Sekedar menjawab chat demi kesopanan, dan tetap jadi perempuan terhormat.
Tapi ternyata ada juga  yang tak kalah genit dan kini asyik masyuk dengan ayah. Kata ayah, mereka itu "Genggek", jadi hanya untuk mainan saja. Perempuan yang tidak menjaga kehormatan dan mau melayani laki-laki yang tidak halal baginya. Kalau di sini dinamai Genggek.Â
Tapi, kenapa saat chat begitu mesra, seolah Ayah betul-betul serius pada para perempuan jablay yang mudah termakan rayuan? Apa itu yang dinamakan modus garangan?Â
Cinta tidak bisa dipaksa. Banyak perempuan kesepian, bahkan sudah bersuami yang masuk dalam pergaulan ayah yang disebut ayah sebagai genggek. Hanya sekedar untuk hiburan,dan biar dianggap  gaul. Tapi  sangat berbahaya kalau kebablasan dan mengancam keutuhan rumah tangga. Membuat Zahra ragu, apakah ayah cukup dewasa untuk memahami arti pernikahan. Ternyata betul, kedewasaan tidak ditentukan oleh umur.Â
Apa yang ada di pikiran para perempuan yang dirayu ayah? Apa ayah nggak berpikir kalau itu membuat mereka berpikir ayah tidak menyukai dan bermasalah dengan istrinya? Keharmonisan hanyalah pura-pura dan pencitraan? Bahkan mungkin mereka mengira ayah serius naksir para genggek itu dan berniat menikahinya?Â
Padahal dulu Ayah yang ngotot ingin menikah saat Zahra masih kuliah dengan alasan menghindari zina, seolah orang alim yang menjaga kehormatannya. Kenapa sekarang justru semua perempuan ingin dizinainya dan begitu jalang, tak punya marwah?
Apakah ayah tidak berpikir, bergaul bebas berkedok akrab dan gaul  membuat malu dan menyakiti keluarga? Kenapa ayah justru seperti laki-laki bebas yang tak paham batasan pergaulan, bahkan seolah - olah memposisikan diri seperti orang alim yang paham agama, tapi kenyataannya justru sebaliknya, penganut pergaulan bebas dengan perempuan bukan mahram nya tanpa batasan?
Apakah ayah puber kedua? Tapi kenapa puber kedua sejak dulu sampai hampir pensiun tidak berhenti? Apakah sebenarnya ayah memang lelaki hidung belang dan mata keranjang?
Atau ayah mengalami gangguan kejiwaan?
NPD? Narcissistic personality disorder, yang ciri-ciri nya persis seperti ayah? Butuh dipuji dan dipuja para genggek?
Di mana akhlak ayah yang biasa berpakaian alim dan rajin beribadah? Hanya pencitraan? Kenyataannya justru nempel terus dan lengket dengan para genggek yang bukan mahram tanpa adab dan batasan?