Mohon tunggu...
Iskandar Mutalib
Iskandar Mutalib Mohon Tunggu... Penulis - Pewarta

Pengabdi Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anggi, Kesialan = Peluang

13 November 2018   05:27 Diperbarui: 13 November 2018   05:59 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar seluruh laporan Kanaya dengan lengkap, Anggia terdiam. Ia kemudian menghampiri Lukman dan Her yang tengah menghangatkan tubuh.

Bagaimana, tanya Anggi kepada Lukman dah Her. Mereka berdua terdiam. Kemudian, Lukman berkata, "Kami sudah sepakat menyerahkan keputusan kepada Anggi," katanya.

Anggi terdiam sejenak. Ia tidak langsung menjawab. Melainkan mencari tempat terbaik untuk merekam semua percakapan dengan video yang sejak tadi sudah dinyalakan.

Sebaiknya, kata Anggi, kita semua menunggu bus pihak hotel. "Kita tidak boleh terpisah satu dengan lainnya. Apapun alasannya," kata dia.

Lukman, Her dan Kanaya diam. Tak ada satupun yang bicara. Tiba-tiba dari belakang terdengar suara Prita. "Saya sangat setuju usul Anggi, kita tidak boleh terpisah. Apapun alasannya," kata dia.

Masalahnya, sambung Kanaya, stok makanan yang kita miliki terbatas. Hanya ada dua bungkus nasi sisa makan siang.

"Tidak mungkin cukup," katanya.

Anggia tersenyum. Ia mengusulkan dua makanan nasi bungkus diberikan kepada keluarga Lukman, yakni Prita dan Kevin. Sementara, Her, Kanaya dan dirinya akan mengisi perut dengan roti dan makanan kecil lainnya.

"Saya kira kita bisa bertahan sampai besok. Air pun sekarang sudah tersedia," lanjutnya.

Keesokan siang, bus pengganti yang dijanjikan pihak hotel datang. Mereka tidak lupa membawa bekal makanan dan air minum. Semua berpelukan, termasuk Freed yang datang pagi hari.

Anggi lebih bahagia karena seluruh video dan foto perjalanannya di sukai banyak pembaca blogger serta Instagramnya. Itu artinya uang 

Dokpri
Dokpri
mengalir deras ke dalam rekeningnya. 

GenerasiSolutifKompasianaTabik!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun