Hal itu semakin menyadarkan bahwa dirinya memang tengah sakit dan benar-benar sakit. Yang kami lupa, sembuh itu butuh proses. Harusnya kami lebih bijak dengan menggiring pikiran kepada hal yang jauh lebih positif.Â
Begitulah, ortu pun dibelajarkan ilmu ilmu baru yang kadang terdengar sepele, tetapi sangat berdampak pada proses berfikir orang sakit. Psikologis dan kejiwaannya harus terus positif, yang ujung-ujungnya agar meningkatkan imun tubuh.
Lebih lanjut anak bilang,
"Tadi malam didatangi teman sekamar"
Jawabannya membikin kami terkesiap dan tak mampu berkata-kata.Â
"Ya Allah, teman sekamar siapa? katanya sendiri?"
Segera jalan fikiran kami teringat dengan beberapa kejadian, pemudik bandel pulkam di masa pandemi, lalu diisolasi/ dikarantina di rumah kosong atau sekolah kemudian saat melalui keheningan malam, Â lari tunggang langgang karena diganggu makhluk halus penghuni bangunan.
Untuk keadaan yang sama, saya dudukkan situasi anak. Anak tentu tidak mampu lari. Berdiri saja lemah, berteriak juga agak jauh dari sekitar. Dipaksa pun akan batuk-batuk duluan. Kasihan kau nak. Guman kami dalam hati. Yang terlontar akhirnya,
"Tapi tidak menganggu anak khan?"
Anak menjawab,"Ga ganggu kok !"
"Okelah, Alhamdulillah, lee"