Mohon tunggu...
Irwan Sutisna
Irwan Sutisna Mohon Tunggu... Lainnya - Economic Statistician

Badan Pusat Statistik | Universite Paris 1 Sorbonne | Contact Me : irwan@bps.go.id

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ketimpangan Ekonomi, Batu Ganjalan Pembangunan Jangka Panjang

30 Oktober 2020   15:27 Diperbarui: 30 Oktober 2020   15:32 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: De Econometrist

Tahukah anda, kalau kekayaan Si Bos Amazon.com Jeff Bezos, ditambah kekayaan Bill Gates yang punya Microsoft dan Warren Buffet pemilik saham terbesar di Berkshire Hathaway, kalau digabungin sama dengan jumlah harta 160 juta rakyat termiskin di Amerika?

Dan tahukah anda, berdasarkan penelitian World Institute for Development Economics Research di United Nations University, kalau ternyata 1% orang terkaya di seluruh dunia telah menguasai sekitar 40% kekayaan seluruh manusia didunia? Ini adalah fenomena gunung es dari apa yang disebut dengan ketimpangan ekonomi (economic inequality). Fenomena ketimpangan ini nyatanya  yang tidak hanya terjadi di Amerika tapi juga hampir diseluruh dunia termasuk Indonesia.

Ada banyak bentuk ketimpangan ekonomi dengan berbagai dimensinya, dan beberapa yang paling banyak mendapat perhatian adalah ketimpangan pendapatan (income inequality) dan ketimpangan kekayaan (wealth inequality).

Ketimpangan ekonomi tidak hanya terjadi antar individu atau kelompok masyarakat dalam suatu negara, tapi juga bisa terjadi antar negara dalam suatu kawasan misal antar negara ASEAN atau bahkan antar negara di dunia.

Umumnya negara dengan pemahaman sosialis atau negara dengan legislatif sayap kiri cenderung memiliki ketimpangan ekonomi yang lebih baik dibandingkan negara berhaluan liberal atau sayap kanan. Ada banyak cara untuk mengukur dan membandingkan ketimpangan ekonomi antar negara, beberapa yang paling banyak digunakan diantaranya koefisien gini (Gini Ratio) dan Adjusted Human Development Index.

Kalau diibaratkan sebuah negara adalah mobil dan pertumbuhan ekonomi adalah kecepatannya, maka ketimpangan ekonomi ibarat lubang-lubang bandel atau gajlugan-gajlugan nakal yang harus dihindari.  Kalau lubang dan gajlugan tersebut terus diterobos, mungkin kita akan cepat sampai tapi lama-kelamaan motor menjadi mudah rusak. Baud-nya bisa copot satu per satu, mental entah kemana. Ban-nya bocor, belum lagi kalau mesin motor terbentur dengan gajlugan tersebut, beuh.. alamat bakalan sering-sering silaturahmi ke bengkel kalo begitu. Tentunya kalo ke bengkel akan memerlukan biaya tambahan.

Begitu juga dengan ketimpangan ekonomi, walaupun dalam jangka pendek mungkin tidak akan berpengaruh banyak, tapi dalan jangka panjang ketimpangan akan sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.

Dampak Ketimpangan Ekonomi

Perekonomian yang mengidap timpang yang parah akan menjangkiti berbagai aspek kehidupan. Masyarakatnya akan mengalami berbagai macam permasalahan sosial.

Menurut penelitian, negara yang memiliki ketimpangan ekonomi yang parah memiliki tingkat kasus kriminalitas  yang lebih tinggi dibandingkan negara dengan ketimpangan yang lebih baik. Tingkat pembunuhan, penahanan, penyalahgunaan obat-obatan dan lain-lain cenderung lebihi tinggi. Tidak hanya itu, ketimpangan ekonomi juga berpengaruh terhadap tingkat hutang masyarakatnya. Kok bisa? Karena masyarakat di negara tersebut cenderung memaksakan diri untuk bergaya hidup mengikuti gaya hidup pada level diatasnya, melebihi kemampuan kantongnya.

Lebih jauh lagi,

ketimpangan ekonomi juga akan mempengaruhi tingkat keberpaduan masyarakat (social cohesion) dan menyebabkan kesenjangan sosial (Social Inequality).

Masyarakat dengan ketimpangan ekonomi yang tinggi cenderung hidup berkelompok-kelompok. Mereka lebih suka hidup dengan kelompok yang 'selevel' dengannya.

Orang yang miskin akan berkumpul dengan yang miskin, Orang yang kaya dengan yang kaya, pengusaha yang sukses dengan yang sukses. Sedangkan orang yang udah kaya, sukses berat dan ganteng (pula) seperti saya pasti akan bergaul dengan orang seperti saya, hehe Kalau sudah seperti itu maka social inclusivity seperti kebersamaan, keharmonisan, kepercayaan antar masyarakat bahkan terhadap pemerintah akan terus tergerus.

Kondisi masyarakat yang seperti ini bisa diibaratkan seperti "Katak Dalam Tempurung"

         Salah peribahasa Bos!

Maaf kalo begitu, maksudnya seperti "Api Dalam Sekam", di mana kalau ada sedikit saja pergesekan, hal ini akan menyebabkan ketidakstabilan sosial dan politik. Partisipasi masyarakat, sebagai subjek dan objek pembangunan, menjadi minil.  Akibatnya, usaha pemerintah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan menjadi terseok-seok. Oleh karena itu, pemerintah harus memperhatikan Ketimpangan Ekonomi dalam kebijakan yang diambil agar tidak menjadi baju ganjalan untuk pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan dalam jangka panjang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun