Ini kisah sederhana tentang seorang kakek tua yang setia dengan profesinya sebagai petani di sebuah desa. Tanaman yang dipelihara si kakek adalah buah pepaya.
Pohon pepaya tersebut dirawat dengan telaten, dari kecil hingga bertumbuh dan menghasilkan buah yang layak untuk dipanen.Â
Si Kakek sudah membayangkan akan mendapat sejumlah uang dari hasil penjualan pepaya. Biasanya sudah ada pedagang yang membeli pepaya langsung di kebunnya.
Mungkin tidak banyak, tapi uang tentu sangat dibutuhkan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari si kakek dan keluarganya.
Akan tetapi, betapa terkejutnya sang kakek karena buah yang dihasilkan dari pohon pepaya tersebut sangat sedikit.Â
Posisi beberapa pohon pepaya itu kebetulan di dekat pagar yang bersebelahan dengan jalan raya yang menghubungkan desa tersebut dengan kota kabupaten terdekat.
Sangat sedikitnya buah yang dihasilkan ternyata karena buah pepaya tersebut sudah hilang dalam jumlah yang cukup banyak.Â
Menyadari kerugiannya yang tak sedikit itu, membuat sang kakek geleng-geleng kepala sambil beristighfar. Setelah itu sang kakek kembali ke rumahnya.
Sang istri yang melihat suaminya dalam keadaan murung, mencoba menghibur dengan kalimat yang memotivasi. Namun, apa yang dipikirkan oleh kakek berbeda dengan yang dipikirkan oleh istrinya.
Kakek tersebut memikirkan begitu kasihan terhadap seorang pencuri yang harus menunggu sampai tengah malam  hanya untuk mendapatkan beberapa buah pepaya.Â
Tiba-tiba si kakek dapat ide yang langsung dilakukannya pada keesokan harinya, di mana si kakek berinisiatif membantu sang pencuri dengan meletakkan sebuah tangga.