Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menangis Setelah Antre Lama tapi Tak Kebagian Beras Murah

1 Maret 2024   05:58 Diperbarui: 1 Maret 2024   06:01 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antre beras murah di Bekasi Barat | dok beritasatu.com

Seorang ibu terlihat menyeka air matanya saat diwawancara reporter televisi yang ditayangkan Trans TV, Rabu pagi (28/2/2024), yang terjadi di sebuah lokasi penjualan beras murah.

Saya yang menonton berita jadi ikut-ikutan sedih, apalagi ibu tersebut mengucapkan bahwa ia sudah antre satu jam tapi tidak kebagian beras.

Si ibu juga mengatakan teringat anak-anaknya di rumah yang lagi kekurangan makanan. Terbayang, tentu si anak berharap ibunya pulang membawa beras untuk dimasak.

Berita tentang warga antre membeli beras murah di berbagai daerah cukup banyak menghiasi media massa, termasuk yang ditayangkan di layar kaca.

Rata-rata antreannya cukup panjang. Ada yang mengular sampai ratusan meter dalam antrean yang relatif tertib. 


Ada pula yang mengharuskan si pembeli beras murah mencelupkan jarinya ke tinta (seperti pada pemilu yang lalu) setelah mereka kebagian beras.

Tentu, maksudnya agar orang yang telah kebagian tidak ikut-ikutan membeli beras lagi dan menghilangkan jatah orang lain yang belum kebagian.

Namun, lebih banyak lagi yang antreannya tidak tertib, sehingga lebih terkesan sebagai rebutan beras murah, bukan antrean.

Di suatu lokasi, terlihat beras ditumpuk di atas truk dan petugas membagikannya kepada warga yang berkerumun di salah satu sisi truk.

Karena panas terik saat antre yang berdesak-desakan, membuat beberapa pengantre kelelahan dan pingsan. Belum lagi yang terinjak dan menjerit kesakitan.

Dari layar kaca saya berpindah berselancar mencari berita antrean beras murah di media daring. 

Terbaca tentang tangis pilu warga Grobogan, Jawa Tengah, yang tak kebagian beras murah (rmoljawatengah.id, 27/2/2024). 

Rupanya, ini berita yang sama dengan yang saya ikuti dari berita televisi yang telah saya tulis di awal tulisan ini.

Tapi, dari berita di media daring ini, saya dapat tambahan informasi, ternyata di Grobogan itu ada anak kecil yang ikut ke lokasi yang terhimpit dan ibu hamil yang terjatuh saat berdesakan.

Dan yang bikin miris terjadi di Bekasi Barat (beritasatu.com, 21/2/2024). Warga membludak seperti terlihat pada foto di atas.

Sebagian warga datang sejak pukul 06.30 pagi di Kantor Kecamatan Bekasi Barat untuk membeli beras murah Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Bulog.

Sayangnya, banyak warga kecewa dan memilih pulang karena beras yang ditunggu-tunggu belum datang.

Banyak yang terpikir ketika saya mengikuti pemberitaan terkait antre beras murah di berbagai lokasi di tanah air.

Saya jadi teringat dengan materi debat antar capres-cawapres sebelum pemilu yang lalu. Ketika itu cukup sengit perdebatan tentang stunting yang diderita sebagian anak-anak di negara kita.

Saya pun teringat tentang polemik program makan siang gratis yang digagas oleh pasangan Prabowo-Gibran. Pasangan ini menurut versi hitung cepat tampil sebagai pemenang.

Saya hanya mampu berdoa, semoga tanpa antre beras pun, masyarakat bisa mendapat makanan pokok dengan harga terjangkau yang dibeli di pasar-pasar.

Lalu, terlepas dari apakah ada makan siang gratis atau tidak, semoga anak-anak Indonesia semuanya tumbuh sehat dan menjadi anak-anak pintar dan berakhlak baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun