Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Tantangan Qatar untuk Dunia Arsitektur

22 November 2022   11:17 Diperbarui: 23 November 2022   08:00 1899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stadion Lusail, yang menjadi stadion utama di Piala Dunia 2022. (Sumber: KIRILL KUDRYAVTSEV/AFP via Getty Images) 

Mendengar tentang panasnya Qatar selama Juni dan Juli, FIFA lantas membentuk sebuah gugus tugas yang memikirkan kemungkinan jadwal Piala Dunia 2022 digeser menjadi musim gugur mendekati musim dingin.

Gugus tugas itu lantas memberi proposal untuk menggelar Piala Dunia 2022 pada November. Proposal itu diajukan pada 24 Februari 2015. Jadi, bukan Qatar yang mengusulkan untuk menggelar Piala Dunia 2022 pada November, melainkan FIFA.

Jadwal baru itu menjadi kontroversi, karena mengganggu gelaran liga-liga domestik di seluruh dunia. Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya diputuskan pada 19 Maret 2015, bahwa final Piala Dunia 2022 akan digelar pada 18 Desember. Tinggal hitung mundur untuk mendapatkan hari pembukaan dan didapatlah 20 November.

Ketika para arsitek mendapat berita bahwa bulan penyelenggaraan diundur menjadi November, mereka merasa sedikit lega. Sedikit, sebab pada November, matahari masih menyinari Qatar dengan cerah ceria dan suhu mencapai 30 derajat.

Karena itu, pendingin udara masih tetap dipasang di tiap stadion. Apalagi tuan rumah masih ingin memakai beberapa stadion setelah turnamen kelar dan kebanyakan kegiatan akan digelar pada musim panas. Jadi, tantangannya masih sama: Arena terbuka di mana para pemain dan penonton terlindung dari cuaca panas.

Ada satu hal yang mengejutkan. Supreme Committee for Delivery and Legacy, sebuah organisasi yang mewakili Qatar sebagai klien dan bertugas mengawasi semua pengerjaan stadion, tidak mengizinkan tim proyek berdiskusi satu sama lain. Arsitek, para insinyur, dan kontraktor hanya diizinkan untuk berbicara dengan klien, yaitu organisasi itu. Selain itu, mereka juga tidak boleh membagi hasil penelitian yang dilakukan tentang bagaimana cara membuat stadion-stadion itu bersuhu sejuk.

“Klien paham bahwa tidak ada cara untuk menyelesaikan masalah, selain dengan memasang atap tertutup di setiap stadion. Namun, saya rasa mereka juga ingin tahu solusi apa yang ditawarkan oleh tiap tim arsitek,” kata Dipesh Patel, ketua BDP Pattern, yang memimpin desain dua stadion, Stadion Ahmad Bin Ali dan Stadion Education City, keduanya di Al Rayyan.

“Mereka ingin setiap firma memiliki ide tersendiri. Mereka ingin semua memiliki cara untuk menyelesaikan masalah dan tidak terpengaruh oleh cara tim lain,” kata Heverin.

Hasilnya, meski semua memakai sistem pendingin udara, namun tiap stadion memiliki cara tersendiri untuk mengurangi efek panas. Misalnya Stadion Al Janoub rancangan Zaha Hadid Architects. Fasad bergelombang didesain agar angin tak langsung mengenai atap stadion yang terbuka. Stadion juga tertutup dengan panel aluminium untuk memantulkan sinar matahari.

Stadion Iconic Lusail, yang menjadi centerpiece di mana final Piala Dunia 2022 akan diselenggarakan, bagian depan stadion dipenuhi dengan ribuan lubang-lubang berbentuk segitiga, yang menjadi ventilasi udara di tribun atas.

Teknologi pendinginan udara menjadi elemen utama untuk mendapatkan udara sejuk di semua stadion, meski semua tim arsitek berusaha untuk mengurangi penggunaannya dengan inovasi desain, seperti yang telah disebutkan beberapa contohnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun