Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Oktober 2022 Dibuka dan Ditutup dengan "Stampede"

2 November 2022   11:00 Diperbarui: 2 November 2022   11:28 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stadion Kanjuruhan satu bulan setelah tragedi yang menewaskan 135 suporternya. (Sumber: Kompas.com/SUCI RAHAYU)

Belum ada lanjutan lagi yang signifikan untuk Tragedi Kanjuruhan.

Kita fast forward ke akhir Oktober, tepatnya pada 29 dan 30 Oktober. Pada dua hari itu terjadi dua stampede. Korbannya juga lebih dari 100 orang, yang pertama terjadi di Itaewon, Korea Selatan, lainnya di Morbi, Gujarat, India.

Distrik Itaewon di Seoul adalah lokasi yang terkenal dengan hiburan malam. Segala klub malam, restoran, bar ada di sana. Nah, pada 29 Oktober lalu, sekitar 100 ribu orang ramai-ramai datang ke Itaewon. Lokasi yang mereka datangi adalah gang-gang kecil, yang kalau saya pikir sama sekali tidak ada gemerlapnya. Ceritanya mereka ingin ikutan merayakan Halloween. Karena dua tahun sebelumnya, distrik itu adem-ayem gara-gara pandemi Covid-19, nah para penggemar Halloween di Korea ingin merasakan untuk pertama kalinya bagaimana perayaan itu di Itaewon setelah dua tahun hanya di rumah.

Menurut saya tidak ada gunanya merayakan Halloween. Bukan budaya orang Asia. Tidak perlulah kita memberi satu hari khusus untuk para hantu bebas berlarian di sekitar kita. Sudah setiap hari mereka ada, bukan begitu?

Semakin malam, Itaewon semakin ramai sampai suatu titik di mana kerusuhan mulai terjadi. Mereka yang datang ke sana kesulitan untuk bernapas karena terjepit puluhan orang lainnya. Alhasil, korban tewas berjatuhan, sudah mencapai 156 orang dari yang saya baca. Mungkin akan bertambah lagi.

Bayangkan, 100 ribu orang, bertumpuk di jalan-jalan yang sempit. Jalan keluar entah menghilang ke mana, petunjuk arah jadi tak berguna. Jumlah 100 ribu orang itu jauh lebih banyak dibanding 40 ribuan suporter Arema FC yang datang ke Kanjuruhan pada 1 Oktober.

Itaewon setelah perayaan Halloween yang berubah menjadi bencana. (Kim Jae-Hwan/SOPA Images/LightRocket via Getty Images)
Itaewon setelah perayaan Halloween yang berubah menjadi bencana. (Kim Jae-Hwan/SOPA Images/LightRocket via Getty Images)

Belum ada kejelasan apa penyebab Itaewon Stampede itu. Menurut Sportskeeda, ada teori yang menyebutkan seorang selebriti Korea datang ke sana dan semua jadi ribut ingin bertemu, tapi teori itu lantas dibantah. Semua yakin bahwa penyebabnya adalah crowd control yang buruk dari kepolisian setempat.

Keesokan hari, di negara Asia lainnya, India, terjadi targedi robohnya jembatan gantung di Gujarat. Pada 30 Oktober, hari terakhir Festival Diwali, sekitar 500 orang mendatangi Sungai Machchhu di Morbi, Gujarat. Menurut para saksi, ada sekitar 200 orang berdiri di jembatan, yang baru saja diresmikan beberapa hari sebelumnya setelah menjalani renovasi.

Jembatan gantung berusia satu abad itu lantas roboh, kalau saya pikir sih karena tidak kuat untuk mengemban berat badan 200 orang sekaligus, dan pasti ada sebab lain yang lebih ilmiah.

Tim SAR mencari korban jatuhnya jembatan gantung di Gujarat. (SAM PANTHAKY/AFP via Getty Images)
Tim SAR mencari korban jatuhnya jembatan gantung di Gujarat. (SAM PANTHAKY/AFP via Getty Images)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun