Mohon tunggu...
Irma Susanti Irsyadi
Irma Susanti Irsyadi Mohon Tunggu... -

hanya seorang pecinta kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

"Bule" dan Persepsi (Sempit) Kita tentang Mereka

5 Desember 2017   06:59 Diperbarui: 19 Januari 2021   08:52 8000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Youtube Boldly

"Orang mana nih bule ... klo dari negara musuh, kita bisa bunuh di tempat," kata salah satu dari mereka lagi di sela-sela makannya.

Bisa saya bayangkan, betapa mendidihnya amarah teman yang menuliskan pengalamannya ini. Apa yang ada dalam pikiran mereka sehingga bisa tercetus perkataan tidak beradab macam begitu. Hanya ada satu dugaan saya; mereka mainnya kurang jauh.

Akhir ceritanya bagaimana?

Di akhir cerita si Mister bule yang mereka rasani itu malah membayari semua tagihan soto mereka.

Duuuh ... kalau saya jadi mereka (amit-amit), sudah migrasi deh ke bulan, tetanggaan sama Nini Anteh.

Apakah ini semacam penyakit sosial atau murni gegar budaya?

Kalau soal sentimen keagamaan sih sebetulnya bukan terhadap orang bule saja sih. Sebagian masyarakat kita akhir-akhir ini sering sekali ekstrem soal perbedaan keyakinan. Bule nonbule, asal beda, hantam.

Jadi, ini lebih ke cultural shock/gegar budaya saja. Pengetahuan yang pendek mengenai orang asing dan budaya asing menjadikan orang cepat mengambil kesimpulan dari yang ia tahu atau yang ia dengar.

Saya pun sempat berpikir, apakah karena saking lamanya kita dijajah oleh ras Kaukasia, sehingga sebagian dari kita menjadi blancophobia (fobia terhadap ras kulit putih). Sebab saya tahu bahwa perempuan-perempuan Indonesia yang dulu sempat dikawini secara resmi atau tidak, dijadikan "nyai-nyai" oleh Orang Belanda pun selalu dianggap "hina" dalam tatanan masyarakat kita.

Contoh-contoh kisah yang saya ceritakan di atas memang mengandung implikasi yang berbeza. Kedua murid saya yang super duper iseng itu mungkin hanya sekedar memuaskan rasa ingin tahu mereka dengan cara yang salah.

Si anak lelaki yang berpidato sambal mengirimkan sinyal negatif pada Adrian juga mungkin hanya korban dari pendidikan yang kurang tepat. Makna jihad yang dilakukan dengan cara berperang adalah untuk menumpas orang-orang kafir. Orang-orang kafir diartikan adalah di antaranya bule. Bule = orang kafir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun