Mohon tunggu...
Muhammad Irham Maulana
Muhammad Irham Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hidup Untuk Menulis dan Menulis untuk Menghidupkan. Mahasiswa

Jangan biarkan kata-kata bersarang di kepala. Biarkan ia menyelinap ke dalam kertas dan berkelana di halamannya.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pekerjaan yang Membahagiakan

1 November 2022   14:14 Diperbarui: 1 November 2022   14:50 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
This photo taken from pexels.com

Pekerjaan yang Membahagiakan 

Mendapat kebahagiaan itu penting dalam hal apapun, terutama dalam pekerjaan. Karena pekerjaan adalah sumber utama untuk mencukupi kebutuhan dan menghidupi keluarga. 

Ada beberapa alasan mengapa orang butuh bekerja, antara lain untuk menambah relasi, mencari pengalaman, dan yang paling penting mencukupi kebutuhan hidup. 

Bekerja merupakan kegiatan ekonomi untuk menghasilkan kepentingan dan uang. Bekerja biasanya dibutuhkan waktu cukup lama: berjam-jam, harian, bahkan bulanan. 

Bekerja (part-time) biasanya dilakukan pekerja kelas menengah ke bawah (karyawan). Berhari-hari (full-time) dilakukan kelas menengah atas (staff penting). 

Sementara, bulanan (whole-time) digeluti oleh paling atas (manajer). Hal ini disesuaikan berdasarkan beban tanggungjawab dan passion para pekerja. Oleh karena itu, perusahaan tentu membedakan gajinya.

Pemberian gaji berbanding lurus dengan level pekerjaan dan karir. Loyalitas, komitmen, totalitas, serta prestasi juga menjadi petimbangan utama dalam pembagian gaji. 

Tak berhenti di situ, perusahaan terkadang mengapresiasi karyawan kelas rendah, menengah, dan atas, yang rela bekerja di luar jobdesk dengan tips dan bonus (tunjangan di luar gaji pokok).

Kompensasi ini tidak asing di telinga para pekerja yang biasanya mendapatkannya dari perusahaan. Apalagi bentuknya kertas merah dan biru yang nominalnya mampu membelalakkan mata.

Sayangnya, tidak semua perusahaan berkenan memberlakukan kebijakan itu.  Di sisi lain, tidak banyak pula pekerja ringan hati menerima tugas ekstra. Sehingga, hal itu mengakibatkan lingkungan kerja menjadi tidak sehat. 

Relasi antara pemilik perusahaan, manager, dan para pekerja menjadi tidak seimbang karena motivasi "kerja sama" tidak senada dan sejalan. Melihat kejadian semacam ini, kira-kira apa yang harus dilakukan oleh perusahaan dan para karyawan untuk menciptakan lingkungan kerja yang membahagiakan? 

Pertama, Loyalitas. 

Sikap kesetiaan atau loyalitas tidak hanya berperan penting dalam hubungan sosial, tetapi juga dalam bekerja. Sikap ini dapat membangun kedekatan emosional dengan pemangku jabatan penting atau bos perusahaan. 

Pekerja yang mengedepankan loyalitas menempatkannya sebagai klien "obey rules and do procedures": mentaati semua peraturan dan melaksanakan tupoksi sebagaimana mestinya. 

Sikap ini dapat mengabaikan perbuatan melanggar dan memilih aman. Ketika loyalitas sudah terbangun dengan apik, hubungan perusahaan dengan para pekerjaannya dipastikan mulus dan langgeng karena didukung sikap saling peduli yang tinggi.

Kedua, Totalitas. 

Bekerja secara totalitas sangatlah penting sebagaimana penjelasan dalam loyalitas. Totalitas dalam bekerja berarti memberikan usaha yang lebih (extra effort), aktif bekerja, dan mengerjakan tugas semaksimal mungkin untuk kemajuan perusahaan. 

Sikap ini dapat merefleksi perusahaan terkait pemberian gaji yang proporsional serta sesuai dengan energi yang diberikan. Semisal, perusahaan mengabaikan totalitas karyawan, mereka berhak mengkritik dan menagih hak kerja dari perusahaan berdasarkan SOP yang berlaku. Perusahaan harus menerima dan meninjau gagasan tersebut guna menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan  harmonis.

Ketiga, Mengerti Status dan Identitas. 

Selain totalitas dan loyalitas, memahami status dan identitas merupakan poin krusial butuh diperhatikan betul dalam dunia kerja. Hal ini untuk membedakan siapa karyawan, manajer, staf penting dan bos. 

Pemikiran ini juga bertujuan membentuk profesionalitas kerja. Dengan mengerti status dan identitas membawa semua pekerja di lingkungan perusahaan sadar dan paham terkait apa yang harus dibicarakan dan dilakukan sesuai kelas dan porsi masing-masing. 

Bahwa karyawan adalah mesin penggerak dalam perusahaan. Staf penting sebagai media dan pengelola ide atau gagasan dari manajer. Manajer sebagai pengawas dan penghasil ide kreatif. Sementara, pemilik perusahaan berperan sebagai payung dan bertanggung jawab penuh dalam perusahaan.

Dengan begitu, civitas perusahaan dapat bekerja secara profesional dan efisien sesuai prosedur, visi, dan misi. Terbaca secara terbiasa bahwa pekerja kelas rendah kadang banyak protes pada tugas yang diberikan oleh perusahaan. 

Mereka kerap berdemonstrasi atau melakukan aksi, seperti mogok kerja karena upah tidak layak. Mereka kadang cemburu dengan pekerja level menengah dan atas dengan ruangan AC. 

Sebaliknya,  pekerja level menengah atau atas merasa keki dengan rekan kerja kelas rendah yang memperoleh kompensasi, di mana jumlahnya setara dengan energi dan tenaga mereka. Masalah ini minim dipikirkan oleh perusahaan dan harus dijadikan bahan evaluasi supaya tidak ada penyakit dalam perusahaan.

Keempat, Apresiasi. 

Untuk menciptakan lingkungan kerja penuh semangat dan motivasi, maka harus ada apresiasi. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan mental dan kinerja agar terus mengembangkan potensi diri untuk kepentingan dan kemajuan perusahaan. 

Pemberian apresiasi guna menghargai jasa dan prestasi  karyawan terhadap perusahaan. Tanpa menerapkan apresiasi, banyak perusahaan tiba tiba tutup usia akibat pengunduran diri karyawan secara masif dan kondisi lingkungan kerja buruk. 

Apresiasi tidak harus berbentuk uang, tetapi dengan berpiknik, berlibur, dan membangun solidaritas kekeluargaan dengan program outdoor semisal  juga salah satu bentuk apresiasi yang bisa dilakukan. Tidak sedikit perusahaan skala besar atau kecil mampu bertahan dengan strategi ini.

Saking pentingnya, apresiasi ini disinggung dalam buku "5 Bahasa Apresiasi dalam Dunia Kerja" karya Gary Chapman dan Paul White. Buku itu menjelaskan secara rinci terkait pentingya program apresiasi sebagai salah satu faktor utama dalam kepuasan kerja. 

Setidaknya, beberapa faktor tersebut berhubungan dengan Pujian, Waktu Berkualitas, Pelayanan, Hadiah Nyata, dan Sentuhan Fisik. Tak dapat dipungkiri bahwa mayoritas pegawai mendambakan kebutuhan materi yang mumpuni. 

Tetapi itu tidak cukup, perlu ada tambahan berupa kebutuhan psikologis, yakni dipahami, diakui, dihargai, dan dicintai sebagaimana penjelasan thesis dari R Covey yang menemukan alasan mengapa banyak orang Amerika meninggalkan pekerjaan, bukan karena finansial, tetapi kebutuhan internal batin.

Menghasilkan Lingkungan Kerja yang Membahagiakan 

Menghasilkan lingkungan kerja yang membahagiakan butuh simbiosis mutualisme antara pemilik perusahaan dan karyawan. Mutualisme ini dapat berhasil apabila empat poin di atas ditempatkan sebagai semboyan dan pedoman sehingga melahirkan prinsip saling menguntungkan. 

Tidak ada penyakit Quiet Quitting dan Quiet Firing yang berpotensi merusak citra dan memperpendek usia perusahaan. Para pekerja dapat bekerja maksimal karena perusahaan telah memenuhi jaminan dan memuaskan keinginan mereka. Hasil pekerjaan pun bermutu dan bernilai. 

Seperti yang dijelaskan dalam buku tersebut, Mike tidak menginginkan tiket gratis Yankess di akhir pekan dari Claricia. Yang ia butuhkan hanyalah tindakan pelayanan dari supervisor atau bosnya untuk bahu membahu merampungkan tugas dan menyingsingkan lengan baju bersama. Memberi ucapan terima kasih atau hadiah nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun