Mohon tunggu...
Muhammad Irham Maulana
Muhammad Irham Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hidup Untuk Menulis dan Menulis untuk Menghidupkan. Mahasiswa

Jangan biarkan kata-kata bersarang di kepala. Biarkan ia menyelinap ke dalam kertas dan berkelana di halamannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Patut Mendapat Jasa

4 Juli 2022   11:53 Diperbarui: 12 Juli 2022   07:07 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
This photo taken from Wirahadie.com

Pahlawan tanpa tanda jasa adalah malaikat yang secara diam-diam mendoakan, mentirakati, dan mengantarkan kita menjadi manusia yang berguna. 

Sebagai penulis kompasiana, saya merasa bangga sekaligus gembira ketika mendapati tajuk pada notifikasi di laman topik pilihan kompasiana, perlukah memberi hadiah kepada guru? 

Terlepas dari soal pemberian  hadiah saat naik kelas,  pembagian rapot atawa wisuda kelulusan, pemberian hadiah ini saya kira perlu selain menyenangkan hati guru, juga turut mengapresiasi jerih payah dan perjuangan guru dalam mengantarkan kita menjadi manusia pintar, cerdas, bermartabat, bermoral, dan berbudi pekerti luhur serta berguna bagi nusa dan bangsa.

Guru adalah pahlawan tanpa jasa. Sebuah stigma yang menempatkan guru sebagai pendidik yang menyebarkan ilmu, memberi contoh "digugu ditiru", mengasuh "membimbing", mendidik "mencerdaskan" dan "menormalkan" perilaku dan sikap peserta tanpa upah atau jasa. 

Pernyataan ini tepat jika dibanding luruskan dengan pemerhati kepercayaan bahwa guru semestinya tidak mendapat upah, hadiah, apalagi mendapat pesangon dari orang tua. Lebih jelasnya, guru adalah pengajar murni yang bertugas mentransformasi pengetahuan dan mendidik manusia tanpa imbalan.

Tetapi, saya menolak asumsi itu. Apakah pembaca sekalian tidak tergugah ketika mereka, para guru mengajari anak-anak kita dengan jerih payah dan perjuanganya, tidak diberi hadiah atau bingkisan sebagai tanda terima kasih? Anda pasti menjawab perlu memberi. 

Dengan tipikal masyarakat Indonesia yang toleran, kalem, dan kasih seolah memberi kesadaran bahwa pemberian ini penting. Di sisi lain, hal ini dapat membantu para guru, terutama mereka yang berstatus honorer, gaji pas-pasan dan tinggal di pelosok desa, yang mana sangat jarang disentuh oleh akses pemerintah.

Hal ini sangat penting untuk diperhatikan mengingat jasa-jasa guru sangat besar bagi perkembangan dan kemajuan bangsa. Dalam buku The Power of Teacher Leaders, yang diterbitkan bersama oleh Routledge dan Kappa Delta PI, ditulis oleh para peneliti dan pemerhati pendidikan menyebutkan bahwa guru memiliki peranan yang cukup santer dan berpengaruh. 

Pertama, Guru adalah role model. Dalam konteks ini, role tidak dimaknai sebagaimana aktor dalam drama film melainkan memiliki posisi (stakeholder) yang mengendalikan suatu komunitas, organisasi, atau hubungan-hubungan yang bersifat jamak.

Jika diperluas maknanya, guru merupakan madrasah kedua setelah orang tua. Guru mempunyai tanggung jawab besar sebagai pendidik pertama dalam menumbuhkembangkan karakter dan moral anak. 

Mendidik dengan berkarakter dan bermoral tidak hanya dibarengi dengan skill jasmaniah, seperti profesionalitas guru dan kreativitas tetapi juga skill rohaniah, yakni memberi suri tauladan, mendidik dengan sabar, serta membimbing perilaku dan sikap berdasarkan norma dan prinsip yang berlaku. Hal ini tidak mudah bersamaan dengan potret pendidikan di Indonesia yang masih butuh dibimbing, dikawal, dan diawasi secara serius.

Kedua, Influence. Dalam kamus Cambridge University, kata influence didefinisikan sebagai upaya seseorang untuk mengubah sesuatu dengan efek yang sangat kuat pada perilaku, kepercayaan, atau pendapat. 

Definisi ini seolah membenarkan tupoksi guru yang memegang dua wilayah sekaligus, yakni dalam lingkungan sekolah dan di luar sekolah. 

Dalam lingkungan sekolah, guru diminta untuk mengajar, membimbing dan mengawal seluruh proses tumbuh kembang anak dengan metode dan sistem pembelajarannya. Sementara, di luar sekolah, guru dituntut mengawasi perilaku dan sikap peserta didik yang diajarnya.  

Jika menengok keadaan sekolah di Indonesia, ini merupakan tanggungjawab berat bagi para guru untuk bekerja lebih giat dan keras. Dengan budaya pendidikan di Indonesia yang masih butuh ulur tangan memungkinkan guru meluangkan waktu lebih banyak ketimbang duduk dengan keluarga. 

Di sisi lain, mereka terkadang diberi tugas di luar jam mengajar, seperti membuat laporan, mengevaluasi hasil pembelajaran, dan menyampaikannya di jajaran komite sekolah. Mirisnya, tugas di luar jam pengajaran tersebut terkadang di include kan dengan gaji jam mengajar.

Ketiga, Impact, guru memiliki dampak yang besar bagi kemajuan suatu bangsa. Berdasarkan dua komponen di atas, tidak heran jika negara Finlandia menjadi salah satu negara dengan pendidikan terbaik di dunia.. Di negara tersebut, guru diminta untuk mengajar secara nurani dengan berusaha mewujudkan visi dan misi sekolah. 

Di sisi lain, guru harus mampu mencerminkan seluruh sikap dan perilaku, menciptakan sesuatu yang unik dan baru, sehingga peserta didik merasa candu dengan "ingin terus bersekolah dan belajar". Impact ini mengingatkan saya pada presiden Afrika yang mengatakan bahwa pendidikan adalah alat paling ampuh untuk merubah dunia.

Sebagai pahlawan yang diberi tanggung jawab  besar mencerdaskan sumber daya manusia, guru perlu disejahterakan dan digembirakan kehidupanya agar memiliki semangat lebih dalam mendidik calon-calon penerus bangsa. 

Perihal ini telah menjadi motif dibalik Kaisar Hirohito, pemimpin masa Jepang lalu yang hanya menanyai berapa jumlah guru yang tersisa? Lantas tidak pikir panjang, kemudian beliau meminta seluruh masyarakat untuk memberdayakan kehidupan guru agar dapat mengentaskan ketertinggalan hingga bisa menjadi negara teknologi tercanggih masa kini.

Hal ini senada dengan pemikiran, Laurie Calvert, guru Bersertifikat Dewan Nasional yang mengajar selama 14 tahun di Carolina Utara yang mengungkapkan bahwa 7 langkah untuk meningkatkan mutu pendidikan salah satunya bisa dilakukan dengan mensejahterakan dahulu tenaga pendidik atau guru. 

Artinya, kebutuhan atau kehidupan guru harus dicukupi secara maksimal agar  profesionalitas dan kerja efektif guru dapat lebih keras dan giat. Dengan begitu, guru akan merasa tenang dan gembira ketika mengajar tanpa memikirkan beras, jagung, roti, dan kebutuhan pokok lainya untuk dihidangkan bersama keluarga.

Guru patut mendapat apresiasi, tanda terima kasih, dan upah yang layak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun