Kedua, Influence. Dalam kamus Cambridge University, kata influence didefinisikan sebagai upaya seseorang untuk mengubah sesuatu dengan efek yang sangat kuat pada perilaku, kepercayaan, atau pendapat.Â
Definisi ini seolah membenarkan tupoksi guru yang memegang dua wilayah sekaligus, yakni dalam lingkungan sekolah dan di luar sekolah.Â
Dalam lingkungan sekolah, guru diminta untuk mengajar, membimbing dan mengawal seluruh proses tumbuh kembang anak dengan metode dan sistem pembelajarannya. Sementara, di luar sekolah, guru dituntut mengawasi perilaku dan sikap peserta didik yang diajarnya. Â
Jika menengok keadaan sekolah di Indonesia, ini merupakan tanggungjawab berat bagi para guru untuk bekerja lebih giat dan keras. Dengan budaya pendidikan di Indonesia yang masih butuh ulur tangan memungkinkan guru meluangkan waktu lebih banyak ketimbang duduk dengan keluarga.Â
Di sisi lain, mereka terkadang diberi tugas di luar jam mengajar, seperti membuat laporan, mengevaluasi hasil pembelajaran, dan menyampaikannya di jajaran komite sekolah. Mirisnya, tugas di luar jam pengajaran tersebut terkadang di include kan dengan gaji jam mengajar.
Ketiga, Impact, guru memiliki dampak yang besar bagi kemajuan suatu bangsa. Berdasarkan dua komponen di atas, tidak heran jika negara Finlandia menjadi salah satu negara dengan pendidikan terbaik di dunia.. Di negara tersebut, guru diminta untuk mengajar secara nurani dengan berusaha mewujudkan visi dan misi sekolah.Â
Di sisi lain, guru harus mampu mencerminkan seluruh sikap dan perilaku, menciptakan sesuatu yang unik dan baru, sehingga peserta didik merasa candu dengan "ingin terus bersekolah dan belajar". Impact ini mengingatkan saya pada presiden Afrika yang mengatakan bahwa pendidikan adalah alat paling ampuh untuk merubah dunia.
Sebagai pahlawan yang diberi tanggung jawab  besar mencerdaskan sumber daya manusia, guru perlu disejahterakan dan digembirakan kehidupanya agar memiliki semangat lebih dalam mendidik calon-calon penerus bangsa.Â
Perihal ini telah menjadi motif dibalik Kaisar Hirohito, pemimpin masa Jepang lalu yang hanya menanyai berapa jumlah guru yang tersisa? Lantas tidak pikir panjang, kemudian beliau meminta seluruh masyarakat untuk memberdayakan kehidupan guru agar dapat mengentaskan ketertinggalan hingga bisa menjadi negara teknologi tercanggih masa kini.
Hal ini senada dengan pemikiran, Laurie Calvert, guru Bersertifikat Dewan Nasional yang mengajar selama 14 tahun di Carolina Utara yang mengungkapkan bahwa 7 langkah untuk meningkatkan mutu pendidikan salah satunya bisa dilakukan dengan mensejahterakan dahulu tenaga pendidik atau guru.Â
Artinya, kebutuhan atau kehidupan guru harus dicukupi secara maksimal agar  profesionalitas dan kerja efektif guru dapat lebih keras dan giat. Dengan begitu, guru akan merasa tenang dan gembira ketika mengajar tanpa memikirkan beras, jagung, roti, dan kebutuhan pokok lainya untuk dihidangkan bersama keluarga.
Guru patut mendapat apresiasi, tanda terima kasih, dan upah yang layak.