Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Memahami Perjalanan dari Belanda ke Indonesia dengan Bersepeda

19 Mei 2021   04:30 Diperbarui: 19 Mei 2021   04:38 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Everything in Between/dokpri

Pernahkah kalian bersepeda lebih dari 50 Kilometer? Kalau, belum cobalah simak cerita dari sepasang kekasih bernama Marlies Fennema dan Diego Yanuar. Sebuah ulasan mengenai tulisan dari perjalanan dengan jarak 12.237 Kilometer, 23 Negara selama 332 hari alias dari Belanda ke Indonesia dengan mengunakan sepeda. 

Perjalananya ini, mereka kasih nama, Everything in Between. Mereka selalu menegaskan dalam bukunya yang berjudul Everything In Between juga bahwa perjalanan mereka bukan hanya untuk memberi makan hasrat mereka semata, tetapi mereka ikut mengumpulkan donasi yang didedikasikan kepada manusia, hewan dan tumbuhan.

Sepanjang perjalanan yang mereka tempuh, telah berhasil mendapatkan sebanyak lebih dari 19.632 euro. Uang hasil donasi dari perjalanan yang mereka kumpulkan, akan ditujukan kepada Yayasan Lestari Sayang Anak, Jakarta Animal Aid Network dan Kebun Kumara. Sebuah manifestasi atas dedikasi terhadap manusia, hewan dan tumbuhan.

Marlies dan Diego benar-benar melakukan perjalanan dari Belanda ke Indonesia dengan sepeda bukan untuk memuaskan hasrat keingintahuan. Lebih dari itu, mereka memberanikan diri untuk menginspirasi banyak orang dengan mereka tuliskan perjalanannya ini, ke dalam sebuah buku yang bagus. Mereka membuat perjalananya sangat berharga.

Dalam perjalanan ini, Diego menangis sebanyak satu kali ketika memikirkan burung yang ada dalam sangkar dan menyadari itu sangat menyedihkan. Sementara Marlies sebanyak 86 kali menangis. Perjalanan yang panjang selalu membuat siapapun orang merindukan sebuah rumah tapi ada juga orang yang menangisi karena merasa dirinya sangat bebas, sembari mencari jawaban atas makna hidup ini. Itulah Diego dan Marlies.

Telah mereka rasakan panas dan dinginnya suhu akibat ketinggian yang mereka lalui saat perjalanan. Suhu maksimum mencapai 44 derajat celsius, sedangkan suhu minimum mencapai -10 derajat celcius. Ketinggian yang berhasil mereka lewati adala sebanyak 4.655 meter.

Selama 7.968 jam mereka bersepeda, ada sebanyak 18 kali ban mereka mengalami kebocoran. Diantaranya punya Diego, 17 lainnya adalah ban sepeda Marlies. Sebuah perjalanan yang penuh kisah, mulai dari tangisan Marlies hingga ban bocor menjadi kisah perjalanan mereka.

Sesuatu terjadi di negara-negara yang mereka kunjungi. Ada 23 negara yang mereka lalui saat melakukan perjalanan dari Belanda ke Indonesia. Setiap negara yang mereka kunjungi selalu memiliki kesan yang berbada dan bisa dijadikan pedoman untuk kita, yang ingin melakukan perjalanan ke suatu negara, yang mereka kunjungi.

Dalam buku ini, saya mendapatkan bahwa sebuah perjalanan tidak dapat dinilai dari seberapa kamu menangis, seberapa banyak uang yang kamu keluarkan, waktu (itu pasti) dan sejumput dialog dengan diri sendiri selama perjalanan. Tapi seberapa kuat niatmu dan seberapa obsesinya kamu terhadap sesuatu yang bernama kebebasan. Masalah makna hidup, selalu ditemukan dalam peristiwa yang sama dengan jutaan persepsi berbeda. Pada akhirnya makna menjadi lebur ke dalam persepsi setiap jutaan persepsi kita. 

Mengetuk pintu persepsi atas kebebasan adalah syarat untuk mengetuk persepsi lainnya. Buku ini, membuka pandangan saya terhadap berbagai negara di dunia yang mereka lalui. Sebuah peringatan bagi manusia untuk mengingat bahwa ia tidak satu-satunya pusat semesta. Tapi ada juga, burung, kura-kura, tanaman ganja yang ditanya oleh penjaga di perbatasan. Itulah dedikasi mereka, manusia, hewan dan tumbuhan. Makhluk hidup yang saling membutuhkan, saing terkoneksi. Yang terpenting, seberapa jauh mereka melangkah, rumah adalah objek yang selalu mereka rindukan setiap hari.

Everything in Between, mengajarkan bahwa segalanya adalah tentang cinta. Ekspektasi selalu membunuhmu, oleh sebab itu jangan terlalu banyak menyelam ke dalam ekspektasi. Ketika ingin melakukan perjalanan, kamu hanya perlu tanggung jawab. Pesawat bukanlah salah satu transportasi jika kamu ingin disebut pengembara. Selalu bersyukur atas yang didapatkan setiap harinya. Pada akhirnya, saya menemukan pertanyaan. Pertanyaan itu adalah tentang bagaimana dengan kami (Marlies dan Diego) ? Semoga mereka tetap bersama dan tetap memberi inspirasi kepada semua manusia untuk peduli dengan hewan dan tumbuhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun