Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Bersiap Merugi, AC Milan Ubah Kebijakan Transfer

13 September 2020   15:00 Diperbarui: 14 September 2020   16:27 1795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain asal tim Primavera (dari kiri: Colombo, Daniel, dan Kalulu) yang dipromosikan naik ke tim utama Milan. | Foto: Twitter @acmilan

AC Milan sukses menutup rangkaian laga uji coba pramusim dengan hasil memuaskan. Sabtu (12/9) malam tadi bertempat di Milanello Sport Centre, Milan menang atas tamunya Brescia dengan skor 3-1.

Kemenangan atas Brescia jadi penutup manis, sebab dalam 3 laga uji coba sebelumnya, Milan selalu menang dengan skor meyakinkan. Sebelumnya, Rossoneri berhasil mengandaskan Novara 4-2, Monza 4-1, dan Vicenza 5-1.

Milan mengagendakan 4 laga uji coba sebelum pada Kamis (12/9) nanti akan menjalani laga kualifikasi babak kedua Liga Europa menghadapi Shamrock Rovers. Selain sebagai persiapan, laga uji coba ini juga dimanfaatkan allenatore Stefano Pioli untuk mencoba beberapa rekrutan barunya.

Oleh karena itu, tak heran bila starting eleven yang dimainkan Pioli masih acak. Beberapa nama pemain primavera dan rekrutan baru pun diturunkan, seperti si wonderkid Italia, Sandro Tonali.

Daftar pemain baru AC Milan di bursa transfer 2020

Sejauh ini, hingga Minggu (13/9) waktu Indonesia, Rossoneri sudah mendatangkan 5 pemain baru. Mereka adalah Sandro Tonali, Brahim Diaz, Ciprian Tatarusanu, Emil Roback, dan Pierre Kalulu. Selain kelimnya, Milan juga mempermanenkan 3 pemain yang di musim lalu berstatus pemain pinjaman.

Untuk lebih jelasnya, sila simak infografis berikut ini.

Daftar pembelian Milan di bursa transfer 2020. | foto: Dokumen Pribadi
Daftar pembelian Milan di bursa transfer 2020. | foto: Dokumen Pribadi
Khusus untuk Roback, pemain timnas Swedia U-17 itu akan masuk tim primavera dulu. Sebelumnya, Milan juga berhasil memperpanjang kontrak Zlatan Ibrahimovic hingga musim panas 2021.

Kebetulan, dalam laga uji coba yang sudah dijalani, semua rekrutan baru Milan sudah mendapat menit bermain. Brahim Diaz yang dipinjam semusim dari Madrid tampil bagus dengan satu golnya ke gawang Vicenza. Sama dengan Diaz, Kalulu juga berhasil membuat gol debut saat melawan Monza.

Selain memainkan pemain baru, Pioli juga memainkan beberapa nama pemain muda dari tim primavera. Dari beberapa nama yang ikut pramusim, Lorenzo Colombo dan Luca Stanga jadi nama yang paling mencuat.

Colombo, penyerang timnas Italia U-19 mencetak 3 gol dalam 3 laga uji coba yang Ia mainkan. Sementara Stanga, seorang bek dari tim Milan U-18 berhasil mencetak 1 gol dengan sundulan kepalanya.

Penampilan apik dari beberapa pemain muda ini jadi modal bagus Pioli sebagai juru taktik. Sebab, untuk musim baru 2020/2021, Rossoneri masih akan berfokus pada skuat mudanya.

BACA JUGA : Diwarnai Tawuran, Le Classique Berakhir Brutal! Ini Sejarah Rivalitas PSG Vs Marseille

Demi kepentingan jangka panjang, Milan fokus investasi pemain muda

Melansir dari data transfermarkt, rerata usia skuat sementara AC Milan untuk musim 2020/2021 adalah 24,9 tahun. Dari 29 nama, Ibrahimovic (38 tahun) jadi yang tertua. Sementara titisan klan Maldini, Daniel jadi yang termuda dengan usianya yang baru 18 tahun.

Selama 5 musim terakhir, Milan memang mencoba membangun skuat dari pemain muda potensial. Selain itu, kapten Milan juga dijabat oleh pemain yang masih berusia muda, yaitu Alessio Romagnoli (25 tahun).

Kebijakan ini dibuat manajemen Rossoneri dengan berbagai alasan. Namun, sebelum membahas beberapa alasannya, skuad Milan tak hanya berisi pemain muda saja. Selain Ibra, Milan juga punya bek kawakan, Simon Kjaer (31 tahun) yang kebetulan keduanya didatangkan Milan Januari lalu.

Terbaru, Milan mendatangkan kiper gaek asal Rumania, Ciprian Tatarusanu (34 tahun) dari Lyon. Tatarusanu yang tercatat masih menjabat kiper utama timnas Rumania itu didatangkan sebagai back-up Gigio Donnarumma.

Kebijakan mengkombinasikan pemain muda dan tua dalam skuad Milan dilakukan demi keseimbangan tim. Baik Ibra, Kjaer, dan Tatarusanu bukanlah nama sembarangan yang datang cuma sekadar mengisi kekosongan pemain.

Ibra adalah topskor kedua Milan musim lalu dengan 11 golnya. Kjaer musim lalu jadi tandem Romagnoli dan mencatat 15 penampilan di paruh kedua Serie A. Hingga detik ini, Kjaer masih tercatat sebagai bek andalan timnas Denmark.

Sementara itu, Tatarusanu bukanlah nama asing di Serie A. Kiper 34 tahun itu mencatat 101 penampilan selama 3 musim (2014-2017) bersama Fiorentina. Intinya, ketiga pemain senior yang direkrut Milan tak cuma datang sebagai pemain berpengalaman saja, namun juga siap tampil dengan kualitasnya yang masih OK.

Hal itu dilakukan Milan dengan tujuan membangun skuad jangka panjangnya. Target terdekat adalah lolos ke Liga Champions. Terakhir kali Rossoneri berlaga di Liga Champions terjadi pada musim 2013/2014, sejak itu pemilik 7 trofi "si kuping besar" ini selalu absen.

Untuk itulah, Milan di bawah komando direktur Ricky Massara dan Paolo Maldini sangat berhati-hati dalam merekrut pemain gaek. Pemain senior yang datang wajib berkualitas, berpengalaman di kompetisi elit serta punya mentalitas juara yang bisa ditularkan kepada para pemain muda.

Sebelum Maldini dan Massara menjabat, Milan sudah pernah memakai formula ini, tetapi gagal. Penyebabnya ada dua. Pertama, pemain tersebut sudah habis masanya alias kualitasnya sudah jauh menurun. Kedua, pemain senior tersebut punya gaji terlalu tinggi, tetapi kontribusinya kurang.

Direktur teknik, Paolo Maldini dan Direktur olahraga, Ricky Massara berfoto dengan rekrutan anyarnya, Ante Rebic. | Foto: acmilan.com/Twitter @acmilan
Direktur teknik, Paolo Maldini dan Direktur olahraga, Ricky Massara berfoto dengan rekrutan anyarnya, Ante Rebic. | Foto: acmilan.com/Twitter @acmilan
Bersih-bersih skuad ala Massara-Maldini bikin Milan cuan

Untuk itulah, dalam bursa transfer musim panas ini, Rossoneri menjual beberapa pemainnya. Ada dua tipe pemain yang masuk daftar jual, pertama pemain senior bergaji tinggi dan kedua, pemain minim kontribusi.

Di awal musim 2020/2021 ini, Milan melepas 3 pemain seniornya. Mereka adalah gelandang L. Biglia (34 tahun) dan Bonaventura (31 tahun), serta kiper Pepe Reina (38 tahun). Perginya ketiga pemain ini memang tak memberi pemasukan berupa uang, sebab ketiganya pergi secara bebas transfer.

Akan tetapi, ketiga pemain senior tersebut memiliki gaji yang cukup membebani keuangan Milan. Reina dan Biglia yang minim kontribusi musim lalu memberi beban gaji yang cukup besar. Reina mendapat gaji 3 juta euro per musim, sementara Biglia 3,5 juta euro.

Oleh karenanya, perginya pemain minim kontribusi yang punya gaji besar akan mengurangi beban gaji Milan musim ini. Dampak lainnya, uang gaji tersebut bisa dialihkan untuk menggaji pemain baru atau memperpanjang kontrak pemain lain yang lebih dibutuhkan jasanya.

Selain melepas pemain yang habis kontrak, melansir dari catatan transfermarkt, Milan mendapat pemasukan sebesar 38 juta euro dari penjualan beberapa pemainnya di bursa transfer 2020. Angka terbesar datang dari penjualan Suso ke Sevilla sebesar 24 juta euro dan Andre Silva ke Frankfurt sebesar 9 juta euro, hasil tukar dengan Rebic.

Rasanya, milanisti harus berterima kasih kepada Suso. Pasalnya, pemain Spanyol ini datang dari Liverpool pada tahun 2015 dengan mahar 1,3 juta euro saja. Kini, pemain yang berjasa memberi gelar Supercoppa 2016 itu menghasilkan pemasukan transfer berkali-kali lipat.

Bukan tak mungkin dalam beberapa tahun mendatang cara yang sama akan dipakai manajemen Milan demi menghasilkan cuan. Bahkan sebelum ini, Milan sudah lebih dulu meraih untung besar dari penjualan Cutrone dan Locatelli.

Cutrone dan Locatelli merupakan pemain didikan akademi Milan. Keduanya dijual pada 2019 lalu, dimana Locatelli dibeli Sassuolo dengan mahar 12,5 juta euro dan Cutrone yang dijual ke Wolverhampton sebesar 22 juta euro. Sayangnya, pada tahun tersebut, pemasukan dari penjualan pemain masih kalah dari pembelian pemain.

Sudah merugi tahun lalu, Milan masih terancam merugi akibat Covid-19

Laporan keuangan Milan tahun 2019-lah yang membuktikan kalau penjualan Cutrone dan Locatelli tak memberi dampak signifikan. Berdasarkan laporan tersebut, Milan menghabiskan 153 juta euro untuk membeli pemain baru, sementara pemasukan dari penjualan pemain hanya 62 juta euro saja.

Angka tersebut tak jauh dari catatan 2018, dimana Milan mengeluarkan 129 juta euro untuk beli pemain, sementara pemasukan dari penjualan pemain hanya 55 juta euro. Sebuah akun twitter @SwissRamble yang rajin memberi analisis keuangan klub bola Eropa juga membuktikan fakta ini.

"#Milan Kerugian 143 juta euro sebelum pajak jadi yang tertinggi di Italia & terburuk dalam sejarah klub. Kehilangan lebih dari setengah miliar dalam 6 tahun terakhir, karena pendapatan mandek, sebagian karena sedikit keterlibatan di Eropa. Upah hingga 185 juta euro. Sedikit uang dari penjualan pemain. Utang turun setelah pembayaran kembali obligasi oleh Elliott."

Untuk lebih jelasnya, simak analisis lengkapnya dalam infografis berikut ini.

Review Laporan keuangan Milan tahun 2019. | foto: Twitter @SwissRamble
Review Laporan keuangan Milan tahun 2019. | foto: Twitter @SwissRamble
Intinya, berdasarkan laporan keuangan tahun lalu, kondisi finansial Milan memang sedang tak baik-baik saja. Beban gaji yang tinggi dan sedikitnya uang dari penjualan pemain memberi dampak buruk bagi keuangan Milan.

Itu adalah laporan tahun lalu, untuk tahun ini memang belum keluar, tetapi MilanNews.it memperkirakan Milan masih akan merugi hingga 100 juta euro akibat dampak pandemi covid-19. Uniknya, angka ini masih lebih baik dari kerugian tahun lalu yang mencapai 146 juta euro.

Selain itu, ternyata prestasi bagus akan memberi dampak finansial kepada klub. Dilansir dari Metro.co.uk, dikutip dari Okezone.com, setiap klub yang lolos ke fase grup Liga Champions 2020 mendapat hadiah uang senilai 15,25 juta euro. Setiap mendapat hasil menang di fase grup, klub dihadiahi 2,7 juta euro dan setiap hasil imbangnya mendapat upah 900 ribu euro.

Selama 7 tahun absen dari Liga Champions, praktis uang sebesar itu tak masuk kantong Milan. Milan memang pernah lolos ke Liga Europa beberapa musim lalu, namun upah dari Liga Europa tak sebanding dengan Liga Champions. 

Dilansir dari Marca, di Liga Europa 2020 saja, klub yang lolos ke fase grup hanya mendapat hadiah partisipasi sebesar 2,275 juta euro.

Sungguh jomplang bukan? Musim ini, Milan akan kembali berlaga di Liga Europa, tetapi harus memulai dulu dari babak kualifikasi. Jalan Rossoneri masih panjang untuk minimal meraih uang hadiah 2,275 juta euro itu.

Kembali ke laporan keuangan Milan tahun lalu, Milan juga punya utang yang untungnya sedikit terbayarkan oleh sang pemilik baru Elliott Management. Elliott baru menjadi pemilik Milan pada 2018 lalu. 

Perusahaan investasi asal US ini sebetulnya kaya, tapi dengan adanya aturan FFP, Milan tak bisa menguras kantong pemiliknya begitu saja, sebab setiap tim wajib punya pemasukan dan keuangan sehat.

Itulah yang hendak dicapai Milan di musim baru ini di bawah komando direktur Ricky Massara dan Paolo Maldini serta CEO Ivan Gazidis. Oleh karena itu, kebijakan transfer Milan diubah, dari yang ugal-ugalan berganti dengan penghematan. 

Berdasarkan data transfermarkt, di bursa transfer 2020, Milan baru mengeluarkan uang 17,98 juta euro.

Setidaknya, pengeluaran Milan di bursa transfer ini tak lagi menyentuh angka 100 juta euro yang menyebabkan klub rugi besar. Apalagi, pemain-pemain yang datang ke tim utama masih berusia sangat muda dan punya potensi besar untuk menghasilkan untung di tahun mendatang, baik prestasi atau cuan.

Suka tidak suka, milanisti harus terbiasa dengan iklim ini. Yaitu jual pemain dulu untuk beli pemain baru. Hal inilah sekarang yang sedang terjadi, dimana Milan sedang berusaha menjual Rade Krunic ke klub lain sebelum membeli gelandang baru semisal Bakayoko.

Selain itu, pendukung Rossoneri harus bersiap apabila di masa mendatang akan sangat jarang membeli pemain bintang seperti pada era keemasannya. Alih-alih membeli, selama laporan keuangan Milan belum melaporkan keuntungan, investasi pemain muda yang datang ke Milan sangat berpotensi pergi ketika harga jualnya sangat tinggi.

Dengan aturan FFP yang ketat dan sepak bola yang sudah jadi bisnis, hal-hal semacam ini wajar saja terjadi. Mulai saat ini, milanisti harus bersabar untuk menuai hasil positif dari kebijakan baru manajemen di bursa transfer.

Tak perlu terburu-buru untuk mendapat hasil bagus, sebab sebuah prestasi juga butuh perjuangan dan pengorbanan. Namun, manajemen juga harus ingat, bahwa visi misi ke depan adalah memetik prestasi dulu bukan sekadar bisnis semata.

Sekian. Forza Milan!

@IrfanPras

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun