Penjor, Iron Dome kearifan Budaya lokal Tolak Bala
(Seri Reksa Jinalayapura #2)
Ditulis oleh : Eko Rody Irawan
Mari sejenak kita maknai kembali do'a ujub yang dibaca leluhur Masyarakat Desa Tumpang khususnya saat pasang penjor pada malam 1 suro sbb :
"Niat ingsun ngedekaken awer awer gendero umbul umbul janur kuning. Ngaweruhi dumateng bangsa pala menawi wonten kala saking wetan tinulak balik mangetan, menawi wonten kala saking  Kidul tinulak balik ngidul, menawi wonten kala saking kulon tinulak balik ngilen, menawi wonten kala saking elor tinulak balik ngaler, menawi wonten kala saking nduwur tinulak balik nduwur, menawi wonten kala saking ngisor tinulak balik ngisor. Kulo nyuwun teguh rahayu slamet, ing sasi wulan Suro meniko...."
Seperti itulah do'a berisi harapan akan keselamatan agar terlindung dari mara bahaya yang dalam bahasa leluhur masyarakat Jawa disebut kala. Apa yang dapat Anda maknai kembali, khususnya dengan berita dunia terkini khususnya kejadian perang di Timur Tengah antara Iran dan Israel. Yuk kita kupas bersama.
Penjor sebagai awer awer sistem Pertahanan berbasis kearifan lokal
Dalam moment malam 1 Suro ini mari kita renungkan apa yang ada dalam pemikiran leluhur masyarakat Jawa yang tertuang dalam do'a ujub sebagai tersebut diatas. Penjor sebagai awer awer adalah sistem pertahanan dari segala bentuk kala yang bisa datang dari segala arah.
Formulasi pemikiran berbasis kearifan lokal ini disimbolkan dengan pemasangan Penjor. Sepintas kita tergelitik kenapa leluhur kita dahulu sudah memikirkan sebuah serangan dari atas dan memohon Perlindungan dari Yang Maha Kuasa agar menolak serangan tersebut agar kembali. Sebuah pemikiran yang digagas ratusan bahkan ribuan tahun lalu yang dimasa kini, do'a ujub seperti diatas ternyata ada yang menterjemahkan nya sebagai sistem pertahanan bernama Iron Dome.
Ini jika direnungkan dalam konteks perang yang terjadi di Timur Tengah dan bagaimana sebuah wilayah mempertahankan diri dari serangan dan terlindung dari roket yang datang dari atas. Sebuah perang modern dengan tehnologi roket dan radar, ternyata sudah terlintas dipikiran para leluhur yang kemudian diformulasikan dalam do'a ujub saat memasang Penjor menyambut malam 1 Suro. Hal ini jadi sangat menarik karena Kenapa pengejawantahan dari do'a ujub diatas diwujudkan oleh bangsa diluar sana yang mana sangat jauh dari budaya Jawa. Kenapa bukan cerdik pandai dari Indonesia yang menggagas konsep seperti Iron Dome jika terinspirasi dari do'a Ujub pemasangan Penjor yang nota bene asli dari budaya negeri ini. Kenapa ?
Reksa Jinalayapura Memperkenalkan Kembali Kearifan Budaya Lokal
Semoga dengan simbolisme peringatan Malam 1 Suro ini, secara global mewujudkan Perdamaian Dunia. Peperangan hanya akan menyengsarakan umat manusia. Salah satu wujud kearifan budaya lokal ini ternyata sudah digagas oleh leluhur bangsa ini. Keren bukan ? Jadi bersama moment 1 suro ini sudah selayaknya memperkenalkan kembali kearifan Budaya lokal ini agar kembali lestari dan diuri uri generasi penerus bangsa. Sudah saatnya menggali makna dibalik gagasan para leluhur ini.
Reksa Jinalayapura itu adalah sebuah gerakan untuk Melestarikan nilai - nilai budaya lokal yang terkandung dalam tradisi Satu Suro dan relief Candi
Jago. Upaya ini untuk Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelestarian budaya melalui kegiatan yang
interaktif dan edukatif. Gerakan ini akan
Membangkitkan kesadaran sejarah dan spiritual masyarakat melalui simbol-simbol tradisional. Dari upaya gerakan ini akan Mendorong regenerasi pelaku budaya lokal, khususnya seni pertunjukan dan kerajinan tradisional. Dan dari hal ini akan Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan penghargaan terhadap warisan leluhur.
Jadi moment 1 Suro ini adalah awal sebuah gerakan yang akan memberi dampak berupa Revitalisasi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam warisan budaya Jawa. Bersih Desa sendiri adalah upaya memperkenalkan kembali Pelestarian budaya lokal dengan secara aktif dan kreatif oleh masyarakat yang mengikut sertakan lintas generasi. Dari sini akan ada Peningkatan ekonomi lokal melalui keterlibatan UMKM dalam event. Tumbuh pula Penguatan identitas daerah dan potensi pariwisata berbasis budaya. Dan diharapkan Terciptanya ruang dialog antar generasi, antar komunitas seni, dan antara tradisi serta modernitas.