Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menikmati Panggung Sepi (Seri Hari Hari Puisiku #110)

9 Maret 2024   20:52 Diperbarui: 9 Maret 2024   21:03 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Eko Irawan untuk Seri Hari Hari Puisiku #110 foto diolah dengan Sketch Camera dan Lumii

Puisi : Menikmati Panggung Sepi
(Seri Hari Hari Puisiku #110)
Ditulis oleh : eko irawan

Mari sejenak introspeksi. Sampai dimana diri ini. Pasang Surut hari demi hari. Menikmati Panggung Sepi.

Masalah memang datang silih berganti. Alasan yang membuat berhenti. Penyebab kualitas tak diminati. Terhenti sekalipun bukan mati.

Memang semua bertautan. Memberi dampak, hasilkan pengaruh dan kejadian. Rajin kenapa, malas kenapa, semua ada alasan. Kenapa jadi terasing, jadi bukan pilihan.

Hari hari Puisiku. Merekam kisah dari waktu ke waktu. Jika hari ini tak diminati, jangan menggerutu. Tapi jangan sombong, jika viral karyamu.

De Huize Sustaination, 9 Maret 2024
Ditulis untuk Seri Hari Hari Puisiku 110

Catatan Kaki

Puisi ini sebuah renungan bahwa berkarya itu dipengaruhi oleh banyak faktor. Mulai dari mood pribadi. Kondisi dompet dan tingkat konflik personal. Hingga apa yang ditulis memiliki tema yang tidak relevan sehingga tidak ada pembaca mau singgah untuk membaca dan memberikan apresiasi, karena judul dan tema tulisanmu tidak menarik dan tidak ada relevansi bagi pembaca.

Pertanyaan dari para kenalan kadang kala menanyakan, "Sudah tidak Nulis lagi ya?" Bukan bertanya, "Sekarang Nulis ditema apa, share linknya dong!"
Pihak lain yang tidak suka dengan karya karya kita memang sangat girang bila kita berhenti mengeksplore sebuah tema. Bukan konsistensi yang ditunggu, tapi karena rasa tidak suka yang bersifat pribadi, maka merekalah pihak yang akan tepuk tangan bergembira ria jika kita berhenti berkarya.

Secara pribadi seseorang berkarya harus punya tujuan yang jelas, motivasi yang kuat, inovasi yang brilian dan tekad tangguh, sekalipun karya yang tayang hanya bersifat menikmati panggung sepi. Namun sebaliknya, saat viral dan terkenal, jangan lupa daratan lalu bersikap congkak nan sombong yang menganggap orang lain tak lebih dari sampah.

Puisi ini sebuah renungan, semoga menginspirasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun