Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Sejarawan - Pegiat Sejarah, Sastra, Budaya dan Literasi

Ayo Nulis untuk Abadikan Kisah, Berbagi Inspirasi dan Menembus Batas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jati Diri di Cangkir Laras (Ultimate Consciousness Series #18)

2 Juni 2023   15:34 Diperbarui: 2 Juni 2023   15:40 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri ultimate consciousness series #18 foto 30 mei 2023 di kedai cangkir Laras diolah dengan snapsheed

Puisi : Jati diri di Cangkir Laras
(Ultimate Consciousness Series #18)
Ditulis oleh : Eko Irawan

Sampai kapan mau melawan. Tak paham jangan jadi jagoan. Malu jika gagal dipeluk tangisan. Merengek minta pertolongan.

Pada Allah kita kembali. Percaya atau tidak, pasti mati. Dari pada menyesal dikuburan nanti. Lebih baik sekarang menghayati.

Apa? Yang sombong pasti melawan. Bukan lihat isi, tapi lihat siapa yang punya omongan. Dikira paling hebat penuh kebenaran. Tafsir sendiri, tapi nuduh orang bajingan.

Jati diri di cangkir Laras. Tak perlu dicari, kala hati ikhlas. Jaga jati dirimu sebelum terhempas. Cangkir Laras, juang sejati dalam Ikhlas.

Caffee cangkir Laras, 2 Juni 2023
Ditulis untuk ultimate Consciousness Series 18

Latar belakang puisi ini :
Orang lain melihat kita pada prasangka, padahal tak kenal maka tak sayang. Circle buruk jika diisi orang orang yang menjunjung tinggi iri dengki dan munafik tingkat lanjut. Mereka menuduh sepihak dengan kebencian, seolah kita bajingan, penipu dan sejuta tafsir buruk. Bagaimana sikap kita? Ngapain ngurusi energi buruk? Ngikuti mereka bisa hancur sendiri kita. Waktu kita habis untuk mereka, sementara itu sangat tidak bermanfaat. Jadi ikhlaskan saja mereka, karena karma itu masih berlaku tanpa pandang bulu. Siapa menyakiti, maka akan terbalaskan. Bukan oleh kita, tapi oleh Tuhan yang memberi mereka hidup dan membuat mereka bisa omong, tapi omongan mereka sangat menyakitkan. Apakah itu berpahala, bermutu dan ilmiah? Silahkan ditafsir sendiri. Yang penting kita jaga jati diri agar tidak terkontaminasi energi buruk. Tetap berkarya, secangkir selaras dengan alur Tuhan. Terus bermanfaat, sekalipun orang lain tidak suka. Kita tak butuh pengakuan dan legitimasi dari orang orang seperti mereka. Bangun circle baru, yang sehat dan visioner. Selamat mengeksplore circle barumu yang lebih menghargai karyamu tanpa persepsi iri dengki. Selamatkan jati dirimu, itu asset berharga sebelum hilang dijajah dan dijarah. Salam merdeka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun