hari ini sepuluh tahun silam,jantungku mulai berdebar semakin cepat, gelisahku sepertinya terpelihara,mataku perlahan mengunang, ku tatap wajah anakku yang terbujur bisu dengan tali temali infus terpasang di tangan.
Ku coba merapat tatapanku ke wajahnya, " Elan,Elan,Elan' setengah berbisik.Diam,bisu dengan nafas satu-satu. ku hapus keringatnya dengan sapu tangannya sendiri yang dia titip saat aku hendak pergi setelah mengantarnya di halaman sekolah Kartini.
Tanpa sadar satu dua tetes air bening dari mataku jatuh di wajahnya, aku biarkan air itu mengering . ku kecup keningnya, ku belai rambutnya. Berpacu dengan derai tetes bening yang terus mengalir semakin deras. setengah berbisik' Anakku, andai sakit ini boleh ditukar, biarkan bapa ambil, biarlah kamu yang ada di pinggiran divan ini menjaga bapamu'. aku terkejut setelah seorang perawat endap-endap merangsak masuk untuk memperhatikan botol infus yang hampir habis menepuk bahuku'bapa, sabar ya, Elan pasti sembuh, berdiri yu'