Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Mendengarkan Keluhan Anak Itu Penting?

9 Juni 2021   06:50 Diperbarui: 9 Juni 2021   07:43 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh karena itu, reflective listening f adalah strategi yang lebih spesifik daripada metode mendengarkan aktif yang lebih umum.

Menurut teori Konseling, strategi ini oleh Carl Rogers, sebagai bentuk terapi yang berpusat pada anak-anak yang memiliki masalah dan intinya adalah empati.

Maka, empati adalah kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain, melihat dari sudut pandang orang tersebut, dan juga membayangkan diri sendiri berada pada posisi orang tersebut. Empati memainkan peran penting dalam membangun dan menjaga hubungan antara orang tua dan anak-anak.

Ada beberapa langkah yang perlu anda lakukan yaitu:

Pertama :Seiring bertambahnya usia anak, maka orang tua wajib melakukan komunikasi terbuka adalah cara yang paling efektif. open communication atau komunikasi terbuka adalah jenis komunikasi di mana semua pihak mampu mengekspresikan ide satu sama lain, seperti dalam percakapan atau debat. 

Indikatornya adalah Keterbukaan (openness), yang mengacu pada tiga aspek komunikasi antarpribadi; Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi; Kedua, mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang; Ketiga, aspek yang menyangkut "kepemilikan" perasaan dan pikiran.

Dalam membicarakan masalah perilaku kepada anaknya, orang tua harus terbuka dan siap untuk bereaksi secara wajar terhadap umpan balik yang datang, serta jujur memberi ganjaran kepada anaknya, bila perilakunya baik diberi pujian atau hadiah, dan bila perilakunya buruk diberi hukuman, sehingga pada akhirnya anak memiliki tanggung jawab. Tentang komunikasi terbuka akan meminimalkan terjadinya adu kekuatan antara anak dan orang tua.

Kedua, Berikan perhatian penuh pada anak saat berkomunikasi, atau yang lebih sederhana adalah, Dengarkan untuk Memahami, Bukan untuk Menjawab kita bisa menyimak pesan Stephen Covey, penulis buku best-seller 7 Habits of Highly Effective People, mengatakan "Sebagian besar orang tidak mendengarkan untuk memahami, mereka mendengarkan hanya untuk memberikan jawaban". Ini adalah pengamatan yang akurat pada banyak di antara kita, namun jarang kita sadari. 

Oleh karena itu,  Alih-alih mempersiapkan jawaban atau pertanyaan lanjutan selagi lawan bicara menjelaskan, kita sebaiknya memberikan perhatian penuh kepadanya, lalu mempersiapkan jawaban saat ia selesai berbicara. Dengan begitu, kita dapat sepenuhnya memahami pesan baik yang tersirat maupun yang terucapkan olehnya. Langkah pertama untuk menjadi komunikator yang lebih baik adalah belajar mendengarkan.

Ketiga hindari gaya pengasuhan orang tua yang memicu tertutupnya sebuah komunikasi otoriter (authoritarian parent), penceramah(lecture parent), atau orang tua yang menggampangkan (there-there parent). Pola asuh otoriter merupakan gaya pengasuhan yang cenderung keras dan menuntut anak, namun respons penghargaan terhadap anak rendah. Umumnya, orang tua menerapkan pola ini dengan tujuan agar anak menuruti keinginan orang tua. Cirinya adalah (1) menuntut , (2) bersikap dingin, (3) memegang kontrol, (4) komunikasi berjalan satu arah, (5) hukuman kasar.

Kesimpulannya: Mengapa Mendengarkan Keluhan anak itu penting? Jawabannya adalah kehidupan, cinta, dan canda tawa - sebuah hadiah tak ternilai bagi anak-anak kita." Jika Anda ingin anak Anda berkembang, biarkan mereka mendengar hal baik yang Anda katakan tentang mereka kepada orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun