Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Balik Kisah Saput Poleng Tanpa Tepi

16 Februari 2021   23:56 Diperbarui: 17 Februari 2021   00:08 2546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Eh.... Siapa namamu dan yang membuat sapi-sapi ku  kaget dan lari tunggang langgang? Apa yang mau kau lihat, I Dewa Gde Muter  diam dan terus memandang saput poleng yang dipakai  petani itu , namun belum sempat memandang dia sudah didekati terjadilah perkelahian sengit  antara petani itu dengan  I Dewa Gde Muter, tak ada yang kalah semuanya kuat, dan keduanya kelelahan, dan keduanya berpikir jernih, siapa namamu nak? Petani itu adalah Ida dalem Tarukan yang sedang membajak sawah untuk persiapan menanam padi  di salah satu dusun Giri penida.

Dan Ide Dalem kemudian memandangnya, koq kamu mirip anakku I Gusti Gede Sekar, dan ketampanannya mirip dengan wajah I Gusti  Gede Pulasari?  Siapa sesungguhnya dirimu? I Dewa Gde Muter menangis? Aku kelelahan, dan rindu aku hidup sendiri tanpa ayah dan ibu, aku ingin mencarinya dimana pun berada, aku berharap anda tadi dapat membunuh ku, agar aku bisa bertemu Ibuku di surga, Kata I Dewa Gde Muter?

Mendengar itu Ida Dalem Tarukan, yang ini melakoni sebagai petani di Pedukuhan Bunga, menjadi iba, sebab beliau merasakan bahwa beliau ingat  memiliki putra, dan bagaimana  wajah dan nasibnya sekarang .

Ida Dalem bertanya, siapa nama ayahmu.... Siapa tahu dia ada di tempat kami? Aku tidak mengenalnya dan wajahnya pun aku tak tahu, kata bibi pengasuhku.... Ayahku bernama " Ida Dalem ...Tarukan:", ketika mengatakan itu, sontak Ida dalem Tarukan berkata'  Anakku, maafkan ayah, engkaulah yang aku rindukan, anakku,  akulah ayahmu, Dalem Tarukan.

Bereka berpelukan melepas rindu, Nak, nasib membuat ayah begini, lacur ajik,  terluta-lunta di dusun, dan meninggalkanmu masih dalam kandungan, ibumu sangat sedih dahulu, demi kehidupan ini terus berjalan untuk menuntaskan karma ayah mengabdi pada rakyatku dengan mempelajari Weda,  ayah harus hidup, nak sekali lagi  inilah nasib ayahmu, seorang putra raja, namun agar tetap bertahan hidup, aku melakoni menjadi petani dan menjauh dari kekuasaan raja"

Anakku, ayah pikir, petani selalu mengabdi pada ibu pertiwi, dan mengharap belas kasihan angkasa sebagai simbol ayah. Sang ayah akan memberikan kasihnya pada tanaman dalam bentuk hujan' anakku. Sehingga menjadi subur. Aku memilih petani jauh dari hiruk pikuk politik kerajaan, karena politik, poly artinya banyak  dan "tik" itu adalah taktik atau strategi, dan itu yang ayah tidak bisa lakukan, penghancuran puri Tarukan adalah karena 'politik itu tadi" dan ayah menjadi tersangka' atas sebuah kesalahan kecil. Mengawinkan kakakmu Kuda Penandang  Kajar dengan sepupumu putri Raja Dalem Samprangan, Wa mu itu marah besar pada ayah.

Anakku,  aku bahagia bisa bertemu dengan mu? Ya ayah.... Aku juga bahagia bisa bertemu dengan ayah, ? Sejk pertama bertemu, aku sudah curiga.... Sepanjang jalan aku diminta oleh bibi  yang menjadi ciri-cirimu adalah pakaiannya selalu memakai " saput poleng tanpa tepi" itu menjadi ciri khas mu, namun tadi saat aku memandangmu, dan melihatnya saput ikut engkau lipat sehingga tepinya tidak kelihatan.

Ida Dalem Tarukan berkata, anakku Tuhan itu mengatasi perbedaan hitam dan putih, ketika kita berada di zona membedakan atau membandingkan, maka kita masih masuk di tataran dualitas. Maka sesungguhnya berhentilah maka aka bertemu, dengan yang satu, sehingga eka wara, ngaran luwang, kosong. Ketika kosong maka berisi. Itulah makna hitam putih dan tanpa tepi, tidak ada batasnya, ketika kita mencari terus maka jiwa tidak akan pernah bersatu pada yang Maha tunggal.

Anakku ingatlah ini, begitulah kata Ida Dalem Tarukan pada I Dewa Gde Muter, anakku, engkau harus tahu bahwa  Kelaparan dapat menutupi kebajikan dan kebenaran, ia juga dapat melenyapkan keteguhan hati, dan lidah selalu 'ingat' dengan rasa yang enak inilah yang menyebabkan lapar. Maka  sebagai seorang pemimpin membuat rakyatnya tidak lapar menjadi sangat penting anakku, sediakan makanan yang banyak agar mereka menjadi sehat, maka mereka akan mudah diajak bekerja membangun mahligai masyarakat luas.

Lalu mereka berdua berjalan menyusuri pematang sawah dengan sapi-sapinya, menuju pedukuhan Bunga, lalu mereka disambut oleh para ibu mereka, dan  putra putra beliau yang lain:  I Gusti Gde Sekar, I Gusti Gede Pulasari, I Gusti Gde  Balangan, I Gusti Gde Dangin. I Gusti  Gde Belayu.

Lalu I da Dalem Tarukan memperkenalkan I Dewa Gde Muter ke saudara-saudaranya yang lain, "Anakku ini kakakmu dan memulai saat ini , aku beri nama kakakmu ini,   I Dewa Bagus Darma,  kemudian adik-adik beliau memberikan salam hormat. Karena semua putra sudah berkumpul Ida Dalem sudah merasa tenang dan kehidupan di tempat Wetaning Giri Panida ini oleh Ida Dalem Tarukan dinamai Dusun Pulasantun ( Pulasari, Bangli).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun