Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda asal Cimahi, Jawa Barat kelahiran 1 Mei 1994. Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ayahanda Paling Tabah

4 Juli 2022   04:00 Diperbarui: 4 Juli 2022   08:33 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi : Freepik

***

Waktu berlalu. Kedamaian mulai berjalan di kehidupan keluarga kami. Ayahanda dikenal rekan kerja sebagai seorang dermawan dan pemimpin yang efektif. Ayahanda selalu membawa bekal makanan yang dimasak ibunda untuk konsumsi seluruh rekan kerja saat jadwal piket. Ayahanda memotong kurban di idul adha untuk rekan kerjanya. Itu sudah menjadi tradisi ayahanda memuliakan rekan kerja semasa bertugas. Ayahanda selalu menjadi garda terdepan yang solutif membantu rekan kerjanya, sehingga prestasi tempatnya bekerja selalu tercapai.

Sementara itu saya dikenal menjadi kebanggaan ayahanda, karena berturut-turut meraih peringkat satu di kelas. Bahkan saya meraih kemenangan juara pertama di kejuaraan Scrabble se-Jawa Barat yang diselenggarakan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Dikemudian hari, Adik saya juara mendongeng peringkat ke-2 se-Jawa Barat, sementara saya Juara mendongeng peringkat ke-4 se-Jawa Barat. Saya yang di bangku SMA dan adinda yang dibangku SMP saat itu mewakili kota Cimahi.

Prestasi Saya Masa Sekolah (Dokpri)
Prestasi Saya Masa Sekolah (Dokpri)

Ayahanda terharu bukan main. Doanya diijabah. Kami mengalami masa-masa kedamaian saat itu.

***

Namun suasana keluarga kami berubah drastis kembali. Saat saya mencapai usia 17 tahun di masa liburan kenaikan kelas 3, saya mengalami kegilaan psikis. Saya dipenuhi ketidaksadaran hingga tidak bisa mengikuti jalan kesembuhan yang dilalui sang adik.

Ayahanda meneteskan air mata memeluk saya dengan erat. Beliau mencium keningku dalam rintihan kegilaan. Perjuangan sang ayah dimulai kembali.

Saya dibawa ke Rumah Sakit Jiwa di salah satu kota, namun tidak ada identifikasi yang pasti untuk kesembuhan saya melalui pendekatan medis.

Berbagai ustadz, Kyai, sampai paranormal semuanya dicari, untuk kesembuhan saya.

Bahkan Ayahanda rela menemui paranormal di puncak gunung, dengan berkendara motor. Begitu ekstrem perjalanan yang ditempuh, karena di sisi jalan tidak ada pagar pembatas, melainkan jurang yang dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun