Mohon tunggu...
RM
RM Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis

Belajar

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film Dua Garis Biru : Edukasi seks untuk remaja

22 Juli 2019   19:37 Diperbarui: 23 Juli 2019   15:06 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sering teracuni oleh tulisan review film, biasanya saya baca beberapa review, kalau lebih dari 50% menulis bagus, maka bisa dipastikan saya nonton film itu. Atau mungkin saat semua review rata-rata bilang jelek tapi perasaan saya bilang bagus, saya juga pasti menontonnya. Mungkin bisa dibilang saya pakai "feeling" untuk memutuskan menonton sebuah film.

Dua Garis Biru adalah sebuah film bergenre remaja karya Gina S Noor, sejujurnya saya tidak tau siapa beliau (mungkin main saya kurang jauh).
Dari judul dan trailer yang diperankan anak SMA saja sudah membuat film ini terdengar tabu. Bahkan tidak ada teman disekitar saya yang setuju masalah "garis biru" ini dipertontonkan dibioskop, apalagi diberi rating remaja, bahkan mereka mengumpamakan seandainya mereka  sudah punya anak remaja, mereka tidak akan mengijinkan anak mereka untuk menontonnya. Saya agak syok, saya pikir pemikiran seperti itu sudah berhenti dijaman orang tua saya ketika mendidik anak-anak mereka, tetapi digenerasi sayapun ternyata masih banyak yang berpikiran seperti itu (ngomong-ngomong saya kelahiran tahun 88).

Pada akhirnya saya menonton film ini sendirian (teman yang lain tidak mau menonton karena bilang buang-buang duit, atau tidak tertarik), sementara saya pakai "feeling" tadi.

Film ini bercerita tentang dua anak SMA yang berada ditingkat akhir sekolah mereka, yang seharusnya berada di waktu-waktu dimana  mereka sibuk mempersiapkan diri untuk memasuki perguruan tinggi.

Bima (Angga Aldi) dan Dara (Zara) adalah pasangan kekasih yang melakukan hubungan sex diluar pernikahan, satu kesalahan yang kemungkinan besar tidak akan terjadi kalau mereka menggunakan kondom atau kalau seandainya orangtua/guru/wali mereka membekali mereka dengan pendidikan sex), mereka melakukan perbuatan tersebut karena terbawa perasaan cinta tanpa memikirkan konsekuensi bahwa itu akan mengubah hidup mereka selamanya.

Menonton film ini juga akan mengubah beberapa sudut pandang kita, salah satu pendidikan sex yang bagus menurut saya.

Saya belum pernah menonton film bergenre drama Indonesia yang bagus (dengan catatan dalam hal ini saya tidak menonton seri film Laskar Pelangi yang katanya bagus itu atau mohon juga kecualikan film drama komedi dan drama horor dan juga drama remake film luar), film ini saya beri nilai 7,5/10 untuk pesan positif, ide cerita dan akting para pemainnya.

Kekurangan film ini ada diakhir cerita, bukan karena "tidak happy ending" karena itu memang sudah seharusnya, tapi keputusan dua keluarga ini mengenai pengasuhan anak yang baru lahir tersebut agak mengganjal menurut saya. Selebihnya film ini bagus dan saya merekomendasikannya. Selamat menonton!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun