Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita dan Vaksin Anti Radikalisme

15 Juli 2021   07:16 Diperbarui: 15 Juli 2021   07:21 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada bulan Maret lalu kita dikejutkan oleh berita dari Sumatera Utara yang menyebutkan bahwa pihak berwajib menggerebek satu rumah yang dijadikan pusat kotak amal dari berbagai daerah. Dari rumah itu polisi menemukan sekitar 500 kotak amal dari sekitaran Medan, beberapa kota di Sumatera Utara, Aceh bahkan Lampung. Pada kotak itu disebutkan bahwa sana yang terkumpul akan diteruskan kepada para pihak yang berhak menerimanya antara lain kaum duafa, dan anak yatim piatu.

Namun dari hasil penelusuran dan pendalaman pihak kepolisian didapat bahwa dana-dana yang terkumpul itu ternyata untuk dana penunjang kegiatan terorisme. Kegiatan terorisme itu antara lain kegiatan yang dilakukan oleh para kaum radikalis untuk berkumpul dengan kaum mereka, merencanakan kegiatan negatif sampai pada pembuatan bahan peledak.

Dari kasus ini kita belajar bahwa kaum radikalis memanfaatkan berbagai hal dengan cerdik. Melalui kotak dana, mereka memanfaatkan sifat warga Indonesia yang ramah, religius dan murah hati. Karena kotak dana itu tertulis bagi kaum duafa dan kaum yatim, banyak warga yang tergerak untuk menyumbang.

Sebagai warga tentu kita sering merasa tergerak dengan kegiatan semacam ini. Kita menyisihkan mungkin 500 -- 1000 rupiah sebagai uang kembalian yang kita ikhlaskan untuk kaum tak berdaya. Jika warung yang dititipi itu ada sekitar 50 orang yang makan setiap hari, dan dari jumlah itu mungkin 20 orang menyumbang akan terkumpul 20 ribu perhari. Jika 30 hari akan terkumpul 500 -- 600 ribu. Ini baru satu kotak di satu warung. Bagaimana dengan 10 warung maka akan terkumpul jumlah dana yang lumayan besar. Tentu sebagai donor kita berharap itu akan bermanfaat bagi penerima. Kita tidak akan menyangka sama sekali jika dana itu untuk kegiatan penunjang terorisme.

Apalagi pada masa pandemi seperti sekarang ini, kegiatan serupa mungkin tak sekadar menaruh kotak amal di warung-warung Padang, tapi mungkin penggalangan dana yang lebih massif yang dilakukan dengan transfer dana via bank. Bahkan pihak kepolisian mengungkapkan bahwa ada kenaikan 101 persen dalam hal transaksi elektronik, dan disinyalir bahwa transaksi-transaksi itu sebagian untuk pendanaan terorisme.

Kita perlu waspada untuk segala kemungkinan yang bisa terjadi pada bangsa ini terkait dengan terorisme. Bom Bali 1 yang tercatat sebagai salah satu peristiwa terburuk di Indonesia, dan beberapa bom setelah itu seperti bom di Jakarta, beberapa bom di Jatim, Jateng dan Sumut, hendaklah menjadi vaksin kuat bagi kita untuk sadar soal bahaya terorisme.

Membantu orang boleh, tapi jangan sekali-kali membantu kegiatan intoleransi dan radikalisme. Kita harus punya vaksi anti terorisme dan berkaca dari banyak peristiwa di masa lalu.

Semoga kita sebagai bangsa bisa melalui ini semua dengan baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun