Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Evaluasi 2022 dan Resolusi 2023 Versiku

6 November 2022   07:00 Diperbarui: 6 November 2022   07:19 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melangkah menuju masa depan | Foto: dokumentasi pribadi

Tanggal 21 September 2022, apek, panggilan saya untuk abangnya papa (om) meninggal. Menurut aem (panggilan saya untuk istrinya), apek baik-baik saja sebelumnya. Memang sakit, tetapi kondisinya tidak parah. Waktu mau berobat ke dokter masih bisa jalan sendiri. Karenanya aem merasa sedih.

Bagi kita yang ditinggalkan, apabila orang yang kita cintai dan kasihi meninggal, perasaan sedih dan tidak terima pasti kita alami. Terlebih jika yang meninggal dalam kondisi yang menurut kita sakitnya tidak parah atau bahkan tidak sakit apa-apa.

Waktu mamaku meninggal, perasaan sedih dan tidak terima masih saya rasakan, walaupun mama meninggal karena sakit kanker. Dan saya juga sudah melihat sendiri betapa kesakitannya mama karena penyakitnya.

Pesan singkat yang saya terima dari kokoku  menyadarkanku. Isinya "Mungkin Tuhan punya rencana yang lebih indah untuk mama". Seketika saya menyadari mungkin meninggalnya mama merupakan jalan yang terbaik buat mama. Tuhan sayang sama mama sehingga  mama jadi lepas dari kesakitan yang dideritanya. Dan saya percaya mamaku yang baik hati  dan sangat kukasihi pasti di terima di sisiNya.

Dalam kasus orang terkasih dan tercinta kita meninggal, kita lebih sering memikirkan kondisi kita sendiri yang ditinggalkan. Kita tidak terima dan merasa sedih karena ditinggalkan. Jarang kita melihat dari kondisi orang yang meninggal tersebut. Seiring berjalannya waktu, saya menyadari setiap dari kita pasti akan menjalani fase kematian ini.

Jadi jika memungkinkan,  saya memilih meninggal dalam kondisi damai, tanpa sakit penyakit. Memang bagi yang ditinggalkan akan merasa terpukul, tetapi bila mereka melihat dari sisi yang meninggal, betapa  orang yang dikasihinya meninggal dalam damai, tanpa rasa sakit, seharusnya mereka bersyukur baginya. Toh, fase kematian ini pasti dialami. Jadi cepat atau lambat ini akan terjadi.

Sebagai orang beriman, kita meyakini hidup mati kita sudah digariskan. Jadi kematian seyogyanya tidak perlu terlalu ditangisi, karena bila yang empunya meminta, maka memang harus dikembalikan. Kita harus merelakannya.  Kalau memang kita belum ditakdirkan meninggal, apapun yang terjadi, kematian tidak akan terjadi.

Saya punya teman yang sudah pernah stroke, sakit ginjal (saat ini  dua ginjalnya sudah diangkat), dan masih ada penyakit lainnya. Intinya saat temanku info di group kalau dia kena covid, hati kecil saya dan teman-teman langsung memikirkan yang tidak-tidak, karena seperti yang kita ketahui, orang komorbid yang terinfeksi virus Covid-19 banyakan meninggal. Terlebih dia terinfeksi Covid-19 saat Delta merajalela. Menurutnya,  dokter saja sudah info ke dia, kalau dia kena covid akan lewat. Nyatanya dia sembuh.

Resolusi  Tahun 2023

Dengan akan berakhirnya tahun 2022, maka tentunya kita akan menyongsong tahun yang baru, tahun 2023. Tahun baru biasa dinantikan karena kita berharap tahun baru merupakan awal yang baru bagi perjalanan dan pengharapan kita.

Saya berharap pandemi ini akan berakhir di tahun mendatang sehingga kita bisa melakukan apapun aktivitas tanpa perlu memakai masker dan rasa was-was.  

Semoga juga resesi yang dibicarakan akan terjadi di 2023 tidak benar-benar terjadi, sehingga tidak menyebabkan masalah ekonomi dan sosial baru lagi bagi bangsa kita khususnya dan segenap bangsa pada umumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun