Mohon tunggu...
INS Saputra
INS Saputra Mohon Tunggu... Penulis - Profesional IT, praktisi, pengamat.

Profesional IT, praktisi, pengamat.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Analisis Listrik Padam Separuh Jawa

10 Agustus 2019   16:03 Diperbarui: 15 Agustus 2019   13:26 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo mendatangi kantor pusat PLN, di Kebayoran, Jakarta Selatan, Senin (5/8/2019). Kedatangan Jokowi ini untuk meminta penjelasan PLN 

Hipotesis#2 (H2):

Pemadaman listrik di wilayah Jawa Barat, DKI, dan Banten disebabkan karena adanya gangguan pada sirkuit pertama saluran udara jalur utara Ungaran-Pemalang pada pukul 11:45:27 WIB, yang disusul gangguan pada sirkuit kedua pada pukul 11:48:11 WIB.

Sama seperti H1, menurut analisis penulis H2 bukanlah akar masalahnya. H2 adalah suatu kondisi yang merupakan akibat dari suatu sebab.
Ada faktor lain yang menyebabkan gangguan tersebut terjadi. Adapun H2 berdampak langsung kepada pemadaman, seperti halnya H1 bisa jadi benar sesuai hukum kausalitas.

Hipotesis#3 (H3):
Pemadaman listrik di wilayah Jawa Barat, DKI, dan Banten disebabkan karena kegagalan 1 sirkuit pada jalur selatan (Kesugihan-Tasik) mem-backup 2 sirkuit pada jalur utara yang mengalami gangguan, sementara 1 sikuit lainnya pada jalur selatan sedang dilakukan kegiatan pemeliharaan rutin (karena asumsinya pada hari Minggu beban tidak terlalu tinggi sehingga memungkinkan dilakukan kegiatan pemeliharaan pada salah satu dari 2 sirkuit yang ada).

Kegagalan sistem backup ini ditandai dengan 'guncangan' yang diikuti dengan pelepasan/pemutusan beban (load shedding) secara otomatis sebagai bagian dari proteksi sistem ketenagalistrikan.

Seperti yang disampaikan oleh PLN, sistem kelistrikan wilayah barat Jawa (sistem Barat) dipasok atau ditopang oleh backbone dari sistem kelistrikan wilayah timur Jawa (sistem Timur) melalui 2 sirkuit pada jalur utara (Ngimbang-Ungaran-Pemalang-Mandirancan) dan 2 sirkuit pada jalur selatan (Kediri-Pedan-Kesugihan-Tasik) dengan masing-masing jalur berkapasitas maksimum 500 kV.

Menurut analisis penulis, H3 juga bukanlah akar masalah tapi lebih kepada dampak dari kurangnya kapasitas yang ada untuk mem-backup beban pada 2 sirkuit jalur utara yang akan dialihkan pada 1 sirkuit jalur selatan.

Mungkin di sinilah sebenarnya letak relevansi pertanyaan bapak Presiden kepada ibu Plt. Dirut PLN tentang apakah tidak dihitung, tidak dikalkulasi sebelumnya kejadian-kejadian seperti ini. Secara teknis mungkin maksudnya adalah apakah PLN tidak memiliki semacam sistem pemantauan beban (load monitoring system) untuk memastikan apakah utilisasi beban yang ada pada 2 sirkuit jalur utara masing-masing tidak melebihi 50% kapasitas. Jika telah melebihi 50%, tentu saja 1 sirkuit jalur selatan tidak akan mampu menopang utilisasi beban 2x >50% dan secara otomatis sistem akan melepaskan beban (trip).

Guncangan yang terjadi adalah gejala atau suatu indikasi bahwa sistem tidak berfungsi normal. Gejala lain juga ditunjukkan dengan menurunnya frekuensi dari 50Hz menjadi 46Hz. Menurunnya frekuensi menunjukkan bahwa daya yang tersedia tidak mampu melayani beban yang ada.

Hipotesis#4 (H4):

Pemadaman listrik di wilayah Jawa Barat, DKI, dan Banten disebabkan karena adanya pohon sengon yang ketinggiannya melebihi 8,5 meter sehingga menyebabkan loncatan listrik dan ledakan pada tower transmisi 434-435 di kampung Malon, Gunungpati, Semarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun