Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Ini Rahasia Kecil Menulis dari Kisah Kekesalan

7 Desember 2021   05:00 Diperbarui: 10 Desember 2021   19:03 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tentang rahasia kecil menulis dari kisah kekesalan | Dokumen pribadi oleh Ino

Siapa sih yang nggak kesal. Nah, bukan cuma itu lho. Dia mengganti pakaiannya di situ. Orang-orang pada pindah karena bau yang tidak sedap mesti pakai masker.

Baunya menembus masker lho. Saya sungguh nggak enak banget, kalau semua pada pindah, rasanya seperti betul-betul semua tidak menerimanya.

Saya coba belajar tidak terbawa kesal, tetapi tenang dan menikmati situasi tidak enak itu. Namun karena tiga orang lainnya pindah, maka ia pun pindah ke dua tempat duduk di samping saya. Ya, nggak jauh juga dan tetap saja bisa dilihat dengan jelas segala kesibukannya.

Perlahan-lahan saya mengerti bahwa ia bisa saja orang yang sedang stress atau sakit atau dalam keadaan tidak normal. Ia mengenakan Jaket, setelah itu baru mengenakan kaos. Ya, gimana?

Keuntungan saya setelah bertahan dengan situasi itu adalah bisa menulis kisah itu. Ternyata umumnya orang tidak suka dengan gaya gembel.

Nah, pada sisi yang lain saya jadi sadar bahwa segembel apapun dia, dia adalah manusia. Saya coba berfantasi saja, gimana rasa hati ini, kalau saat saya duduk, orang-orang pada bangun pindah tempat duduk.

Oh sakitnya di sini. Saya yakin masih ada banyak sekali orang di muka bumi ini yang tidak bisa memberanikan diri ada untuk mereka tanpa kata.

Pilihan saya hari ini jelas, saya siap menerima keadaannya apa adanya, dengan niat kecil, semoga pria itu merasakan sesuatu bahwa dari sekian banyak orang yang pergi meninggalkannya, toh masih ada satu orang asing yang duduk tenang memahami keadaannya.

Saya tidak tahu siapa dia dan dimana tempat tinggalnya, apa pekerjaan. Bisa saja dia menjadi seperti itu karena situasi bencana, atau karena ditinggal orang tuanya, atau juga ditinggal pacarnya.

Ya segala kemungkinan bisa saja menjadi sebab dari keadaan pria itu. Namun, satu yang tidak dikatakannya bahwa dia membutuhkan rasa penerimaan dari orang lain.

Saya percaya sekali bahwa dunia ini tidak pernah terpisah dari kenyataan-kenyataan yang tidak diinginkan seperti itu. Apa yang bisa kita lakukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun