Tersentak hati menatap wajah mawar yang mekar di tepi danau Iseltwald. Bunga mawar merah bertaburan aroma tanpa meminta kata ucapan apa-apa.
Tumbuh subur dari aliran air di dekatnya. Kesejukan menyeka akar-akar sejak pagi hingga malam. Air itu meresap dengan diam untuk menjumpai akar kehidupan mawar.
Danau teduh di puncak gunung di pelosok Swiss. Bersanding warna, menebar pesona di tengah balutan kabut yang baru saja turun dari puncak Alpen di atas sana.
Tidak hanya merambat dan menyebar ke kiri dan ke kanan, pucuk baru kilau kemerahan berdiri tak kenal lelah menatap bercak-bercak awan dan kabut di sana.
Berulang-ulang memikat hati pengunjung tidak dikenal. Mawar merah ramah dan bersahaja berdiri di tepi danau Iseltwald, dalam sunyi merayu naluri para seniman.
Paduan warna mulai dari merahnya mawar, biru air, semuanya telah menyibak dimensi tentang keindahan dan kehidupan. Aku jatuh cinta pada paduan merah, biru, abu-abu yang sejuk memesona di tepi danau itu.
Hidup tidak hanya satu warna. Warna kehidupan berubah penuh dinamika dari hari ini ke hari yang akan datang. Mampukah manusia menjumpai hari-hari yang akan datang dengan senyum seperti mawar?
Mawar sepi di tepi danau bagaikan sang guru. Guru yang mengajarkan kebijaksanaan hidup tanpa suara dan kata-kata. Ia mekar dengan anggun, terbuka pada siapa saja untuk menilai maknanya.
Mawar hadir di sana dengan satu litani doa, "semoga hari ini penulis-penulis punya ide cemerlang yang menggugah, menyapa dan membuka kalbu setia berbagi dengan cinta."
Titip salam dari zona sunyi bersama mawar guru di tepi danau Iseltwald untuk semua. Jadilah harum seperti mawar! Jadilah indah saat berpadu dengan yang lainnya!
Salam berbagi, ino, 17.11.2021.Â