Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Amoris laetitia" dan Perkembangan Budaya Zaman Kita

21 Oktober 2021   19:34 Diperbarui: 21 Oktober 2021   19:34 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tentang Amoris laetitia dan perkembangan budaya modern | Dokumen diambil dari berita.upi.edu

Kegagalan Gereja sendiri (Versagen der Kirche)

Paus mengakui kegagalan Gereja sendiri. Yang terakhir sering mewakili keyakinan mereka dengan cara yang justru memancing kebalikannya (AL 36). Ini termasuk, misalnya, desakan pada pertanyaan doktrinal, bioetika dan moral" tanpa memberikan dukungan yang cukup kepada keluarga pada saat yang sama (AL 37).

Kesetaraan antara pria dan wanita

Di antara tantangan yang dihadapi keluarga saat ini, Paus menyebutkan juga, antara lain, kesetaraan antara pria dan wanita, baik dalam pekerjaan maupun dalam membesarkan anak. Paus Fransiskus menyatakan bahwa sementara ada peningkatan yang luar biasa dalam pengakuan hak-hak perempuan dan partisipasi mereka di ruang publik, masih banyak yang harus dilakukan di beberapa negara" (AL 54).

Sementara itu masih bisa dilihat sisi lain dari budaya patriarki di mana perempuan dianggap sekunder masih berlaku hingga saat ini. Konteks budaya Indonesia bisa dilihat dengan nyata dan begitu mudah ditemukan. Konsekuensi positif dari emansipasi dan feminisme harus diapresiasi dengan tepat.

Ideologi gender 

Paus Fransiskus juga mendedikasikan sebuah paragraf terpisah untuk ideologi yang biasa disebut gender." Di dalamnya ia menjelaskan bahwa meskipun mempertimbangkan kompleksitas kehidupan" seseorang tidak boleh memisahkan gender biologis dan kreatif dari peran sosial budaya. "Jangan sampai kita terjerumus ke dalam dosa ingin menggantikan Sang Pencipta! Kita adalah makhluk, kita tidak mahakuasa", kata Paus (AL 56).

Sakramen pernikahan -- Alat keselamatan Ilahi (Werkzeug des goettlichen Heils)

Sakramen perkawinan bukanlah suatu konvensi sosial, suatu ritus kosong atau sekadar tanda lahiriah dari suatu kewajiban", kata Fransiskus (AL 72). Sebaliknya, itu harus dipahami sebagai alat keselamatan ilahi. 

Aspek alat keselamatan ilahi tampaknya telah surut terlalu banyak. Paus kemudian menjelaskan: Bagaimanapun, kita harus lebih memikirkan tindakan ilahi dalam ritus pernikahan, karena hal itu sangat mencolok di Gereja-Gereja Timur" (AL 75). Dalam ritus Ortodoks, berkat bagi pengantin memainkan peran yang jauh lebih penting daripada dalam ritus Latin.

Situasi yang tidak sempurna

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun