Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Misteri Cinta Segitiga Kota Pancasila dan Dahan-dahan Ranggas

21 September 2021   21:22 Diperbarui: 22 September 2021   13:42 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan kota Ende dari View jalur jalan Rajawawo ke Maunggora | Dokumen pribadi oleh Ino

Berhenti sejenak sambil menarik nafas dan menatap keindahan bukit-bukit yang mengapit kota Pancasila, Ende Flores, NTT, mungkin saja saat itu ada letupan kata tentang syukur dan keindahan alam ciptaan. Ya tentang Dia Sang Pencipta.

Ini bukan saja sajak dan fiksiana, tetapi kenyataan alam yang ada di sana. Mata terpesona umumnya karena keindahan alam, namun mata juga terkadang jenuh jika orang tidak pernah berhenti sejenak untuk menatap alam. 

Sensasi keindahan alam dan kepuasan mata manusia mesti berjalan bareng dengan saat-saat teduh di mana orang harus berhenti dan menatap alam. Alam dan keindahannya selalu terbuka pada siapa saja dan untuk apa saja.

Perjalanan sore itu merupakan pertama kalinya melintas dari Rajawawo melalui kampung Dori dan terus sampai ke Maunggora. Tempat-tempat ini terlalu asing untuk para pembaca, namun saya berani menyebutnya karena di sana ada titik-titik indah yang perlu suatu waktu siapa saja bisa berdiri di sana untuk menatap fajar dan senja.

Bisa dipastikan bahwa tidak semua orang bisa mengatakan dahan ranggas itu indah atau lautan biru berderet sejajar dengan puncak gunung Meja itu romantis adanya. Hanya oleh orang-orang yang punya rasa dan peduli alam dan lingkungan, yang bisa merasakan keindahan itu dan juga bisa mengatakan sesuatu tentangnya.

Promosi destinasi keindahan alam mesti mulai dari gambar kecil dan kisah-kisah kecil. Nah, dari perspektif inilah saya mencoba menyimpan kenangan dalam suatu perjalanan ke kota Ende, kota tempat bapak pendiri bangsa merenungkan Pancasila. 

Dari posisi dan arah yang berbeda saya menatap kota Pancasila dengan cakrawala gagasan yang memberi pengertian tentang mengapa sebuah kota itu menjadi kota yang indah? 

Berikut ini ada 5 Unsur yang mendukung keindahan kota Pancasila:

1. Ada deretan bukit dan pegunungan

Memang umumnya orang percaya bahwa keindahan itu ada dalam kancah Subjektivität pikiran manusia, namun jika orang jujur menilai dan mengatakan Tata letak sebuah Kota yang persis dekat bukit dan pegunungan atau bahkan diapit oleh gunung, ternyata punya aura eksotis yang tidak tergantikan. 

Kota Ende adalah contohnya, kota itu berada di bawah 3  kaki gunung, yakni gunung Meja, Ia dan Wongge. Keindahan itu lebih dalam lagi berakar pada mitos tiga gunung itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun