Mohon tunggu...
Indri Rahmawati
Indri Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Mahasiswa Jurusan D3 Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Financial

Krisis Kenaikan Harga Minyak Goreng, Ini Penyebabnya!

24 Juni 2022   09:23 Diperbarui: 24 Juni 2022   10:28 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.wanieta.com/ri-raja-sawit-kenapa-harga-minyak-goreng-mahal-78234.html

Minyak goreng bagi masyarakat Indonesia adalah salah satu kebutuhan pokok atau merupakan salah satu dari Sembako (sembilan bahan pokok) menurut keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan. 

Dalam kehidupan sehari-hari minyak goreng dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang berada di perkotaan maupun perdesaan. Minyak goreng digunakan untuk memasak seperti: penumisan, penggorengan dalam jumlah yang sedikit maupun banyak. Minyak goreng sebagai bahan pokok kebutuhan yang digunakan oleh masyarakat tentunya sangat penting, oleh sebab itu harga dari kelapa sawit tersebut haruslah dapat dijangkau oleh masyarakat.

Kelangkaan minyak goreng yang terjadi di indonesia ini dalam beberapa bulan terakhir menjadikan harga minyak goreng menjadi naik, dua kali lipat dari harga biasanya. 

Fenomena beberapa tahun terakhir menunjukkan adanya gejolak harga CPO dunia, dan berdampak pada gejolak harga minyak goreng di pasar domestik. Namun, ketika terjadi penurunan harga di pasar input (CPO), harga minyak goreng di pasar domestik tidak berespon secara proporsional. 

Hal ini dapat memicu terjadinya perilaku ataupun praktek persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan oleh para pelaku usaha minyak goreng di Indonesia (sehingga mengkondisikan harga minyak goreng relatif tetap tinggi meskipun variabel input (CPO) telah mengalami penurunan harga yang signifikan). Industri minyak goreng tidak terlepas dari industri hulu, yakni industri CPO domestik. 

Selain untuk memenuhi kebutuhan domestik, komoditas CPO juga memiliki orientasi ekspor yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh permintaan CPO dunia yang setiap tahun meningkat dengan laju 1,96% per tahun. Kelebihan permintaan CPO di pasar dunia mencerminkan laju permintaan lebih besar dibandingkan dengan laju peningkatan produksi, sehingga harga CPO dunia terus meningkat. Peningkatan harga tersebut berdampak pada fluktuasi ekspor CPO Indonesia dan sekaligus dapat mengakibatkan kenaikan harga minyak goreng domestic.

Peneliti Indef Rusli Abdullah memaparkan setidaknya terdapat empat faktor utama yang memicu kenaikan harga CPO.

  • Pertama, terjadinya penurunan produksi CPO di negara produsen akibat Covid-19 serta gangguan cuaca. Misalnya, produksi CPO Indonesia pada 2021 sebesar 46,88 juta ton atau turun 0,31% dibandingkan produksi 2020 sebesar 47,03 juta ton.
  • Kedua, permintaan CPO mengalami kenaikan di pasar domestik maupun pasar ekspor. Untuk permintaan minyak sawit di dalam negeri saja terjadi kenaikan 6% dari 17,34 juta ton pada 2020 menjadi 18,42 juta ton pada 2021.
  • Faktor ketiga, terjadinya gejala commodity supercycle di masa pandemi Covid-19 saat ini melahirkan fenomena spekulasi di pasar komoditas, termasuk pada pasar CPO. Masifnya stimulus fiskal yang digelontorkan berbagai negara dunia selama masa pandemi menyebabkan bertambahnya uang beredar, sehingga memicu inflasi.

Selain naiknya harga CPO (Crude Palm Oil) Internasional, kelangkaan minyak goreng juga diperparah dengan banyaknya oknum pedagang yang bermain dan mencari keuntungan lebih besar . salah satu kecurangan yang ada adalah, banyak pedagang yang menimbun minyak goreng dan menjual kembali diatas HET (Harga Eceran Tertinggi). Dan keadaan seperti ini yang menjadi faktor pendukung lain naik nya kembali harga minyak.

Sebenarnya kelangkaan yang terjadi saat ini bukanlah kelangkaan minyak goreng, akan tetapi kelangkaan minyak goreng dengan harga terjangkau itu yang sedang terjadi saat ini. Masyarakat berbondong-bondong mencari produk yang biasa digunakan namun dengan harga terendah.

Sebagai negara produsen sawit terbesar kita gaperlu takut seolah-olah minyak goreng itu tidak ada, karena itu tidak mungkin kita hanya perlu menyikapi sewajarnya dan tidak perlu sampai panic buying untuk membeli minyak karena itu sama saja memperparah keadaan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun