Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup Seimbang di Jagat Kompasiana

16 April 2018   12:56 Diperbarui: 16 April 2018   22:58 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keseimbangan itu harus diupayakan. Seimbang, itu bisa saja keadaan, namun juga hasil sebuah usaha. Ada suka ada duka. Ada senang, ada yang menyebalkan. Ada keberuntungan, ada kesialan. Eh beneran kesialan itu ada atau bagaimana ya? Pun keberuntungan.

Kok bawa-bawa nama Kompasiana? Lha iyalah, ini nulisnya di Kompasiana, dan akun ini adalah akun Kompasiana. Sudah sejak tahun 2013 saya nulis di Kompasiana dalam tingkat frekuensi jarang sampai sedang. HL bisa dihitung dengan jari, itu pun kena pangkas sekitar 40% total jumlah yang pernah tercantum.

Okelah kalau begitu. Menjadi pelengkap penyerta maupun penggembira dan penderita, sudah pasti. Era error dalam segala variannya sudah kualami sendiri. Sesekali beruntung bagaikan kejatuhan buah duren manis pohon, sudah pernah. Ada sensasi istimewa mendapat penghargaan nulis juga pernah. Pun sebaliknya, mungkin lebih sering malahan ha ha ha. Misalnya, merasa nulis sepenuh usaha, malah sedikit yang baca. Nulis instan dan sesuai mood yang mengalir manja, malah hasilnya di luar dugaan menggembirakan. Coba apa itu bisa saya jelaskan? Tidak perlulah. Dihayati saja. Ya, dihayati, dinikmati, disyukuri, dipelajari, diperbaiki ke depannya (yang ini sih nggak bisa janji karena faktor x, y, dan z yang tidak ada hubungannya dengan Gen Z).

Ceritanya saya ingin menulis tentang diet yang sehat. Lalu menengok tulisan lama tentang perdietan, karena saya gini-gini adalah residivis pelaku diet meski cuma musiman dan gaya latah #halah. Nggak sengaja saya menemukan banyak tulisan sejak tahun 2016 ke belakang, nilai dan komentar di tulisan-tulisan saya itu tercantumnya NOL, endog bulet, Zero.

Opo tumon (kok bisa), nah saya jadi ingat inilah kefanaan nulis di Kompasiana ha ha ha. Tulisan dengan fenomena seperti itu termasuk tulisan yang HL. Lha HL cuma segelintir saja kok disebut-sebut terus ya hi hi hi.

Bukan apa, ada rasa gimana yang agak nyeseg yang sempat mampir nyangkut di benak. Pemicunya ya temuan data tulisan yang terpangkas itu, kemudian benang merahnya pada insentif yang bulan yang lalu baru saja diluncurkan, soal monetisasi. Dari tabel yang ada kontras kan keadaannya dengan yang saya alami.

Daftar Penulis Penerima Penghargaan berisi cukup banyak nama-nama dan tulisan lama yang ternyata muncul, itu kan sesuatu banget. Saya sih lebih melihatnya sebagai sebuah penghargaan dan pengakuan (bukan nilai materiilnya) -- walau menurut Admin ini adalah fakta dari kacamata analisa Google (Google Analytic). Lha saya menyerah sampai di situ. Menyerah dan ikhlas. Ha ha ha.

Hanya kok ya kebangetan, penghiburan dan indikator pengenalan nulis saya di Kompasiana berupa angka "nilai" dan "komentar" (angka maupun teks-nya) ternyata banyak yang mengesankan tulisan saya itu nir interaksi. Uuuh, nyesegnya di sini (nunjuk ke helem yang menutupi kepala saya). Lalu ingatan lama muncul kembali, tulisan yang berhasil terus dibaca orang malah hilang dari daftar. Kalau hilang otomatis nggak bisa dipanggil kembali melalui Google, kan ya?

Yo wis, ini hanya mengungkapkan betapa semua itu fana. Semua seakan fiksi. Lha Kitab Suci saja dianggap fiksi, itu saya nggak ikutan meramaikan percaturannya, pikiran saya nggak sampai.

Eh tapi, Kompasiana itu kebanggaan saya lho. Sering kali di suatu kesempatan saya dengan PeDe melibatkan diri dalam diskusi instan atau peliputan instan tanpa penolakan hanya dengan mengatakan kalau saya nulis di Kompasiana. Lalu setelah itu, kadang-kadang orang mendekati saya bertanya ini dan itu seputar penulisan dan ngeblog, tentang freelancing, dan Kompasiana. Jadilah saya akting marketer Kompasiana karena secara instingtif saya mempromosikan asiknya nulis di Kompasiana, selain juga manfaat menulis secara umum.

Ini pengalaman keseharian saya, ketika lagi berhadapan dengan CS Bank, wiraniaga di toko Buku, di toko asesori gawai dan perlengkapan IT lainnya, saat ngobrol dengan tetangga di rumah, bahkan juga saat perjumpaan dengan teman-teman kantor lama yang sepuluh tahun nggak saling berkabar.

Begitulah catatan hari Senin siang ini, tentang suka duka menulis di Kompasiana. Ada wangsit terdengar di kepala -- lembut dan manis, "Jagalah semangatmu menulis, juga hal terkait menulis termasuk membiarkan dan mengakui hobi fotografi yang kadang bikin orang di rumah pada menertawai. Jagalah kesetiaan menulis di Kompasiana, juga integritas menulis yang arahnya pada kebaikan."

Salam Kompasiana Beyond Blogging! :: @IndriaSalim ::

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun