Mohon tunggu...
indra sinaga
indra sinaga Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kekancan

29 Maret 2019   20:23 Diperbarui: 29 Maret 2019   20:32 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   Terasa begitu menyebalkan sekali, aku tidak diizinkan sekolah hari ini. Hanya dengan satu alasan 'Kamu lagi sakit, lebih baik istirahat.' Aku menjadi tidak nyaman kalau sendirian di rumah, rumah ini terlalu besar atau aku yang terlalu kecil. Aku yakin pernyataan kedua yang benar.

   Dengan langkah seperti seorang maling, aku berjalan melewati ruangtamu yang nampak kosong. Masih sama aku berjalan dengan sangat hati-hati, sedikit kepala ini kuarahkan ke kiri dan kanan untuk melihat apakah ada yang tau aksi yang kulakukan ini.

"Mas, tadi tuan pesan. Kita harus memantau non Okta jangan sampai keluar rumah," ucapnya seorang wanita. "Siap, kalau gitu saya mau jaga gerbang," balas seorang laki-laki.

   Aku langsung melangkah jauh dari mereka. Sungguh menyebalkan, semua orang jadi khawatir denganku. Sudah dapat dipastikan aku tidak akan bisa keluar dari gerbang depan. Aku berlari ke arah gudang belakang.

   Mataku menelusur ke segala penjuru hingga terhenti pada sebuah tangga. Aku berusaha mengangkat tangga itu tapi tidak bisa, tanganku masih sakit. Tanpa sengaja aku melihat gerbang belakang rumah belum ada orang. Secepat kilat aku keluar dari gerbang.

   Aku melihat jam yang ada ditanganku, sudah pukul 14.00 artinya sekolah telah pulang. Aku memberhentikan taksi lalu pergi menuju rumah Sisil.

***

   Setelah sampai di sana aku melihat sebuah motor terparkir. "Wahh.. Bang Geri pasti udah pulang nih" batinku senang. Namun, langkahku terhenti ketika melihat seorang di sana. Dia bukan Bang Geri.

"Gara-gara rencana kamu, Okta jadi celaka," ucap Sisil pada orang itu.
Aku yang penasaran akhirnya memberanikan diri untuk menguping pembicaraan mereka.

"Yah harus gimana lagi. Kita udah pacaran tapi kamu enggak mau sahabat kamu itu tau. Itu satu-satunya cara biar dia berhenti suka sama aku," balasnya.
Okta kenal suara itu bahkan sangat hafal. Itu suara Vega, sosok laki-laki yang ia sukai sejak dua tahun terakhir.

"Tapi aku enggak enak sama Okta," jawab Sisil.
"Dengerin aku, terkadang cinta itu butuh yang namanya keegoisan. Kamu suka aku, aku juga suka kamu," jelas Vega yang meyakinkan Sisil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun