Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pakaian Impor dan Kebutuhan Zaman Kini

24 Maret 2023   20:12 Diperbarui: 24 Maret 2023   21:35 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual pakaian bekas impor di Blok M Square, Jakarta Selatan, Andriani (53) saat ditemui Kompas.com, Kamis (16/3/2023).(KOMPAS.com/RIZKY SYAHRIAL)

Jika saya pelaku usaha fesyen, saya akan menciptakan strategi baru. Menciptakan produk unik, kreatif dan punya pasar khusus. Logika sederhana saat ini pun banyak terdapat penjual tas impor atau tas imitasi di masyarakat dengan harga murah. Apakah usaha ini mematikan bisnis Channel atau Dior? 

Justru hadirnya tas impor atau tas imitasi bukanlah ancaman bagi Channel atau Dior karena mereka sengaja membidik pasar menengah ke atas yang mencari keunikan dan eksklusivitas. Ketika ada produk yang di launching, sudah ada ratusan atau ribuan orang mengantri untuk membeli. 

Pelanggan Yang Sibuk Mencari Pakaian Bekas | Sumber Detik.com
Pelanggan Yang Sibuk Mencari Pakaian Bekas | Sumber Detik.com

Pelaku usaha fesyen tanah air pun harus terpacu lebih kreatif. Daya tarik pakaian impor umumnya karena sisi harga murah. Masa mau kita menciptakan produk murahan agar bisa bersaing? Tidak masalah pembeli pakaian kita sedikit tapi harga yang kita jual berpuluh-puluh atau beratus-ratus kali lipat dari pakaian impor. 

Sepertinya belum ada sosok miliarder karena menjual pakaian bekas impor. Justru miliader dari fesyen unik dan kreatif mulai banyak bermunculan. 

Kedua, Mengasah Kemampuan Tawar-Menawar. Ini adalah kemampuan yang tidak diajarkan di bangku sekolah atau kuliah. 

Membeli pakaian impor maka mindset di otak kita adalah pakaian tersebut bekas. Maka harga pun seharusnya lebih murah dibandingkan harga baru. Disinilah kemampuan tawar-menawar kita diuji. 

Contoh teman kuliah saya yang bisa mendapatkan baju seharga 15 ribu dimana jika beli baru bisa seharga ratusan ribu rupiah. Meski si penjual awalnya membuka harga 50 ribu tapi karena kelihaian teman saya dalam negosiasi akhirnya deal di angka 15 ribu 

Saya pun mempraktekan hal ini saat belanja pakaian impor saat awal merantau. Awalnya malu menawar atau tidak mau menawar terlalu jauh dari harga yang disebutkan. Perlahan ketika sudah paham, mendapatkan harga yang sesuai dengan budget menjadi kebahagian tersendiri. 

***

Hadirnya pakaian impor memang menjadi dilema tersendiri. Di satu sisi masyarakat bisa mendapatkan pakaian yang disuka dengan harga murah dan dengan merk terkenal. Disisi lain bisa menjadi ancaman pelaku fesyen tanah air. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun