Pertanyaan ini sering muncul dari korban ghosting. Mereka tidak ingin terjebak dalam rasa sedih dan kehilangan yang berlarut-larut. Adakah cara yang tepat yang bisa dilakukan oleh mereka yang merasakan ghosting.
Jadi Korban Ghosting Mengajarkan Kita Menghargai Perasaan
Orang yang bijak adalah mereka yang mengambil hikmah atas suatu kejadian yang menimpa dirinya atau orang sekitar. Seandainya kita menjadi korban ghosting pun, ada pelajaran penting yang bisa kita ambil yaitu menghargai perasaan orang lain.
Kita yang pernah merasakan sakitnya ditinggal oleh kekasih harusnya belajar bahwa jangan sampai kita melakukan hal sama pada seseorang yang tengah dekat dengan kita.
Jangan sampai kita yang pernah menjadi korban justru dikemudian hari menjadi pelaku ghosting. Andai kita bisa menjadikan pengalaman buruk tersebut sebagai sarana mendewasakan diri. Tentu hal ini patut diberikan apresiasi.
Seandainya kita tidak menaruh rasa pada seseorang yang ingin dekat dengan kita, berikan penjelasan dengan baik agar tidak terlalu melukai perasaan. Ini lebih bagus dibandingkan tiba-tiba hadir di kehidupannya lalu pergi menghilang.
Terselamatkan Dari Pasangan Yang Salah
Mungkin ada yang menyalahkan takdir kenapa harus ditinggal oleh sang pujaan hati. Mereka merasa Tuhan tidak adil dan memberikan luka di hati. Padahal bisa jadi kita justru diselamatkan oleh takdir tersebut.
Masa pacaran atau PDKT adalah masa dimana kita mencari sosok yang tepat, sesuai dan bisa diajak berkomitmen. Artinya pada tahap ini menjadi tahap seleksi mana sosok yang tepat untuk dijadikan pasangan dalam jenjang pernikahan.
Banyak teman saya yang mengatakan bahwa pasangan hidupnya saat ini justru bukanlah pacar pertama pertama. Ini tandanya mereka pernah melewati masa putus atau ditinggal saat lagi sayang-sayangnya.