Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Emil Salim, Sang Revolusioner Sejati!

6 Februari 2021   13:47 Diperbarui: 6 Februari 2021   16:31 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 19 tahun lalu. Sahabat, kerabat, dan kolega Pak Emil Salim menghadiahkan sebuah naskah buku. Dalam rangka ulang tahun ke-70 pada 8 Juni 2000. Sebanyak 67 penulis. Saya hadir dalam kesempatan berbahagia itu. Tentu untuk melihat penampilan Pak Emil.

Launching buku itu saya ketahui dari jadwal padat Bang Faisal H Basri. Kebetulan, saya jadi salah satu asisten Bang Faisal bidang politik. Pak Emil adalah sosok yang sangat saya kenal. Bukan saja ketika menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia, tetapi juga sebelum dan sesudahnya.

Terdapat sejumlah kemiripan dari wajah Pak Emil dengan almarhum ayah saya. Telinga lebar. Tubuh jangkung. Tutur kata bertenaga. Rasionalitas alias kincir-kincir di kepala bekerja. Sama-sama lahir di bulan Juni. Berjarak 5 tahun kurang sehari. Pak Emil lahir 8 Juni 1930. Ayah, 7 Juni 1935.

Tentang tanggal kelahiran, ayah sering berucap bangga.

"Tanggal lahir ayah diapit dua tokoh besar, Sukarno dan Soeharto," begitu sebut ayah berulang. Dalam kesempatan berbeda, tentu. Walau ayah sama sekali tak menjadikan ulang tahun sebagai peristiwa penting. Kami -- anak-anaknya -- hampir lupa ulang tahun sendiri.

Tapi, ayah kadang merajuk. Kalau tidak salah, perayaan acara ulang tahun ayah "terbesar" jatuh tahun 2013, usia 78 tahun. Seluruh anak-anaknya hadir di rumah tengah sawah.

Sukarno lahir pada 6 Juni 1901. Soeharto, 8 Juni 1921. Usia ayah berjarak 34 tahun lebih sehari berbanding Sukarno. Soeharto lebih tua 14 tahun kurang sehari berbanding Soeharto. Soeharto sudah menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah saat ayah masih berwarna merah. Sukarno sedang ditahan di Ende, Nusa Tenggara Timur, kala ayah menjalani masa-masa awal menangisi dunia. Naskah-naskah Sukarno yang berbau "relegius" ditulis di Ende.

Ayah hanya tamat SMP, sama dengan Soeharto. Teman SMP-nya berhasil mencapai jenjang tertinggi akademis, Guru Besar Fakultas Ekonomi UI. Namanya: Prof Dr Rustam Didong. Rumah Rustam Didong berada di lereng Nagari Air Angat, tepatnya jalan menuju Kapalo Koto. 

Terdapat Lapau Tinggi di pertigaan menuju Kandang Sampie yang memiliki kolam permandian air panas berbau belerang. Di Lapau Tinggi itulah ayah sering menghabiskan waktu tiap malam. Begadang bersama dengan koleganya. Tentu, setelah bekerja sebagai pegawai negeri.

***

Saya mengenal Pak Emil Salim dalam arena diskusi, seminar, hingga ruang kuliah. Baik di dalam ataupun di luar kampus. Walau sibuk, Pak Emil selalu sempat datang ke kampus jika diundang. Momen yang paling berkesan adalah ketika kuliah duduk di kampus FE UI. Kuliah yang tak ada nilainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun