Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Emil Salim, Sang Revolusioner Sejati!

6 Februari 2021   13:47 Diperbarui: 6 Februari 2021   16:31 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Emil tidak sadar keberadaan seorang mahasiswa Ilmu Sejarah Fakultas Sastra UI yang ikut mendengar. Saat itu Pak Emil menyampaikan nilai-nilai penting ilmu ekonomi. Matematika menjadi rujukan.

"Mahasiswa ilmu ekonomi berbeda dengan mahasiswa sastra. Mereka tidak mengenal matematika," begitu kira-kira yang diucapkan. Mahasiswa di ruangan melirik saya, sambil tertawa. Pak Emil sama sekali tak sadar. Bingung. Baru usai kuliah, seorang teman, Kun Nurachadijat (kini sudah Doktor), menyampaikan terdapat anak Sastra UI yang ikut kuliah.

"Bukan begitu maksud saya," ujar Pak Emil cepat. Ia lalu menyebut sejumlah keunggulan anak-anak sastra, dibanding anak-anak ekonomi.

"Saya memang kuliah di Sastra, Pak Emil. Kenapa? Karena saya sudah terlalu pintar di bidang matematioka, fisika, kimia dan lain-lain. Sudah saya lewati di sekolah dasar hingga menengah," kata saya. Giliran Pak Emil tertawa. Saya memang pernah mewakili sekolah dalam lomba matematika antar sekolah.

Interaksi saya dengan Pak Emil berlanjut intensif, setelah menjadi Lulusan Terbaik Nomor 17 Penataran Kewaspadaan Nasional (Tarpadnas) dan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) Pola 144 Jam yang diadakan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) dan Badan Pembinaan Pelaksanaan Pendidikan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7) Pusat pada 1995. Pak Emil hadir sebagai penatar.

Para lulusan juga beberapa kali bertandang ke Kantor BP7 Pusat di Gedung Proklamasi (kini Kantor Badan Keamanan Laut atau Bakamla RI). Status kami adalah Penatar Tingkat 1, setingkat di bawah Pak Emil yang menjadi Widya Iswara. Pak Emil juga menjadi anggota dari BP7 Pusat.

Sebagai Penatar P-4 Tingkat 1, saya sesekali hadiri acara tokoh-tokoh BP7 Pusat yang menjadi narasumber. Beberapa kali saya ikuti ceramah Roeslan Abdulgani tentang Pancasila. Ketika diwawancarai, saya dengan sigap "mengawal" Roeslan di belakangnya. Roeslan adalah tokoh paling senior, berpengalaman, dan bersemangat.

Tentu, dalam iklim kemahasiswaan yang dipenuhi isu "Merah Putih" versus "Hijau Royo-Royo" kala itu, saya berkegiatan P-4 secara "tersembunyi". Bagi anak-anak "sayap kiri" di UI, saya terlalu "hijau". Bagi "sayap kanan", saya terlalu "kiri". Perasaan haus atas segala yang baru yang membuat saya bergaul dengan semua kalangan.

Selain itu, saya sedang menulis skripsi sarjana. Tidak banyak lagi kegiatan di kampus. Tujuan samping saya adalah mendapatkan sumber primer judul skripsi: "Koreksi Demi Koreksi: Pergerakan Mahasiswa Indonesia Pasca Malari sampai Penolakan NKK-BKK (1974-1980)". Banyak sekali nama yang wajib saya kejar. Nama-nama yang berkibar sejak mahasiswa hingga kini.

Kegiatan terakhir di kampus bersama Pak Emil adalah terlibat dalam rangkaian seminar yang diadakan oleh mahasiswa, alumni dan rektorat UI terkait gejolak yang terjadi sepanjang tahun 1997-1998. Saya juga menjadi pemateri, selain peserta, di Gedung Pusat Studi Jepang. UI menyiapkan pikiran-pikiran terbaik guna reformasi di segala bidang. Semacam pokok-pokok pikiran dalam Seminar Trace Baru Orde Baru yang diadakan tahun 1966, manakala Pak Emil adalah salah satu pemrakarsa. Singkat kata, Pak Emil terlibat dalam penyusunan buah pikiran awal Orde Baru, plus akhir Orde Baru. Sebagai guru besar organik, Pak Emil tak memiliki resistensi di kalangan civitas akademika UI.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun