Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Pidato (Imajiner) Prabowo Soebianto

18 April 2019   03:02 Diperbarui: 18 April 2019   03:21 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi Kala Pak Prabowo Ultah

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!

Salam Sejahtera Buat Kita Semua!

Merdeka! 

Terlebih dahulu marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena pemilihan umum (Pemilu) serentak berjalan tanpa pertumpahan darah. Walau prosesnya tidak seideal yang kita pikirkan, setidaknya rakyat Indonesia menjalankan hak pilihnya dengan penuh semangat.

Tentu, kita mencatat masih banyaknya usaha-usaha tertentu untuk merampas hak-hak rakyat. Di beberapa negara dan sejumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS), masih ditemukan upaya-upaya untuk melakukan kecurangan. Tapi biarlah nanti Tim Hukum dan Advokasi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo -- Sandiaga Uno yang melakukan proses hukum.

Saya percaya, hasil akhir Pemilu belum diumumkan secara resmi. Proses perhitungan suara sedang dilakukan secara bertingkat. Berdasarkan jadwal dari Komisi Pemilihan Umum (KPU):

  • Suara dari 809.563 TPS diperkirakan akan rampung dilakukan pada tanggal 17-18 April 2019, termasuk suara dari luar negeri.
  • Suara dari 7.201 Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) akan selesai dihitung KPU pada 18 April-4 Mei 2019.
  • Suara dari 515 kabupaten/kota akan selesai dihitung antara 22 April-7 Mei 2019.
  • Suara dari 34  provinsi di seluruh Indonesia akan selesai dihitung antara 22 April-12 Mei.
  • Suara hasil pemilu secara nasional akan selesai dihitung dan siap untuk dipublikasikan antara tanggal 25 April-22 Mei 2019.

Artinya, masih terdapat waktu antara seminggu hingga lebih dari sebulan lagi untuk mengetahui hasil resmi pemilu berdasarkan Rapat Pleno KPU.

Saya instruksikan kepada seluruh relawan, saksi, partai politik dan masyarakat untuk mengawal keseluruhan jenjang hasil pemilu itu. Jangan sampai ada suara yang dicuri di tengah jalan. Saya ingin memastikan bahwa setiap suara dihitung dengan benar. Jangan sampai terjadi perubahan hasil di tengah jalan.

Saudara-Saudara Sebangsa dan Setanah Air 

Kampanye pemilu berlangsung dalam waktu yang lama. Sungguh tidak bisa dibayangkan, betapa rakyat Indonesia memiliki kesabaran sepanjang ini. Sekalipun setiap tahun ada pemilihan langsung kepala daerah (Pilkada) hingga pemilihan langsung kepala desa (Pilkades), tetap saja rakyat dengan semangat tinggi datang dalam Pemilu serentak tanggal 17 April 2019 lalu.

Pada hari-hari sebelumnya, kita menyaksikan dengan rasa haru, betapa bergairahnya Warga Negara Indonesia (WNI) dalam melaksanakan hak pilih di luar negeri. Mereka rela antri berjam-jam. Mereka juga datang dari tempat-tempat yang jauh ke ibukota negara masing-masing.

Bagi saya, para pemilih yang berjibaku menjalankan hak pilih inilah yang menjadi patriot-patriot sejati di zaman moderen ini. Merekalah pahlawan-pahlawan era millenium. Bukan saja mereka menolak money politics, tetapi juga mengeluarkan biaya dan waktu yang tak sedikit guna ikut menggunakan paku dalam menyoblos pilihan mereka.

Paku-paku itu ibarat bambu-bambu runcing yang digunakan laskar-laskar rakyat dalam perang kemerdekaan. Tentu, bukan untuk mengusir penjajah, tetapi bisa juga diartikan menghalau kekuatan asing yang ingin mendikte Indonesia.

Saya tahu betapa pahitnya revolusi nasional kita. Dalam nama saya, tersandang nama paman saya, Soebianto Djojohadikusumo. Paman saya sudah memberikan nyawanya dalam pertempuran di daerah Lengkong, Serpong, Tangerang.

Dalam usia muda, 23 tahun, Letnan Satu Soebianto tewas bersama 34 orang lainnya, termasuk Mayor Daan Mogot. Keduanya adalah pendiri Akademi Militer Tangerang. Mereka tewas ditembak dalam tugas melucuti tentara Jepang pada tanggal 25 Januari 1946.

Dalam karier militer, saya tentu juga sudah banyak berkorban. Biarlah itu menjadi catatan sejarah. Hanya saja, saya disadarkan betapa di dalam darah saya, di dalam nama yang saya sandang, kepentingan nasional Republik Indonesia (RI) adalah yang pertama dan utama. Tidak ada sama sekali kepentingan pribadi. Tidak juga kepentingan golongan ataupun keluarga.

Saudara-Saudara Sebangsa dan Setanah Air

Demi kepentingan nasional itu, demi merekat kembali rasa kebangsaan yang mulai tercabik-cabik kepada kepentingan politik, saya merelakan kepentingan pribadi disingkirkan. Saya menjunjung tinggi hukum. Sebab, kalau hukum tidak lagi dihormati, maka langit akan runtuh, rakyat akan pecah, bangsa Indonesia berada dalam keterombang-ambingan.

Walaupun saya tahu bahwa hasil perhitungan internal dalam tim menyatakan bahwa saya dan Sandiaga Uno menang, tetap saja KPU yang menjadi penentunya. KPU adalah lembaga konstitusional. Apapun yang dihasilkan dalam perhitungan suara internal kami, tetap saja kami hanya peserta. Kami bukan wasit, apalagi hakim.

Karena itu, dengan ini saya mengucapkan selamat kepada pasangan Ir Joko Widodo dan Profesor Kyai Haji Ma'ruf Amin yang sudah dinyatakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Terpilih versi Quick Count. Ucapan selamat saya ini tentu berdasarkan hasil quick count yang sudah diumumkan kepada publik di seluruh jaringan televisi nasional. Hasil itu sudah menjadi referensi dalam pemberitaan nasional, regional dan internasional.

Ucapan selamat saya tentu belum bernilai konstitusional, tetapi baru dalam dimensi etika politik.

Saya akan mengucapkan selamat secara konstitusional setelah seluruh proses selesai, baik di tingkat KPU ataupun Mahkamah Konstitusi (MK) RI. Tentu, saya menginstruksikan kepada Tim Hukum dan Advokasi BPN Prabowo -- Sandiaga Uno untuk menyiapkan materi gugatan kepada MK RI. Tujuan saya bukanlah menentang hasil pemilu, melainkan untuk memberikan kepastian hukum kepada hasil pemilu 2019 ini.

Jadi, jangan lagi saya dituduh pengecut atau unfair. Setiap patriot yang sudah memberikan suaranya wajib dilindungi oleh hukum. Dengan melakukan gugatan kepada MK RI, putusan yang keluar nanti sudah bersifat final dan mengikat. Justru salah kalau saya tidak mengajukan gugatan hukum. Seluruh informasi miring yang kami dapatkan akan terus membebani jalannya pemerintahan ke depan. Dengan kepastian hukum, beragam materi gugatan kami itu tidak lagi memancing perdebatan, perselisihan, apalagi konflik yang menahun.

Saudara-Saudara Sebangsa dan Setanah Air

Saya ingin bergandengan tangan membangun bangsa ini ke depan. Tidak boleh ada satupun warga negara yang merasa bukan bagian dari bangsa dan negara Indonesia. Kebersamaan kita adalah harga mati! Persatuan adalah hutang nyawa yang kita harus bayar kepada pahlawan-pahlawan bangsa! Indonesia Raya tidak akan bisa terwujud tanpa persatuan dan kesatuan!

Semua tahu, saya adalah orang yang membawa Ir Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama menghadap almarhum Taufik Kiemas. Saya menyatukan keduanya sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, ketika banyak partai besar sudah mengusung Fauzi Bowo. Walau dua kali berhadapan dalam panggung pemilihan presiden dan wakil presiden RI, saya tetap melihat saudara Joko Widodo sebagai pribadi yang pernah saya dukung dan usung. Media menyebut saya -- bersama almarhum taufik Kiemas -- sebagai King Maker bagi saudara Joko Widodo.

Jadi, tidak benar kalau saya tak akan mendukung kepemimpinan saudara Joko Widodo apabila dinyatakan sebagai Presiden Terpilih Periode 2019-2024.

Andaipun saudara Joko Widodo adalah murid saya, tidak mungkin sebagai guru saya memiliki dendam pribadi. Saya tahu, guru terbaik adalah orang yang mampu melahirkan murid-murid yang lebih pandai darinya, lebih unggul darinya, serta lebih tinggi lagi ilmunya. Guru yang gagal adalah mereka yang memiliki murid-murid yang lebih rendah ilmunya.

Begitupun sebaliknya, saya meyakini bahwa saudara Joko Widodo akan mendukung saya, apabila KPU dan MK menyatakan saya mengalahkannya. Saudara Joko Widodo adalah seorang yang cinta tanah air, selalu ingat siapapun guru-gurunya, pun orangtua angkatnya.

Siapapun yang mendukung saya tidak perlu khawatir bahwa saudara Joko Widodo akan mengerahkan segala kemampuan untuk mempertahankan kekuasaan, dengan cara menolak keputusan KPU atau MK.

Karena itu, marilah kita bergembira dalam menunggu perhitungan demi perhitungan oleh KPU secara berjenjang. Marilah kita kembali bersaudara dan bahu-membahu. Tidak ada lagi sebutan nomor satu atau nomor dua. Yang ada adalah warga negara sebangsa dan setanah air. Mari kita songsong hari-hari mendatang dengan lebih optimistik. Jangan mau berpecah-belah.

Sebab kita semua tahu, politik devide et impera-lah yang menyebabkan bangsa asing menancapkan kuku kolonialisme dalam waktu lama, baik sebelum kemerdekaan ataupun sesudahnya dengan kolonialisme ekonomi.

Merdeka!

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 

Saya, Prabowo Soebianto Djojohadikusumo.
Jakarta, 18 April 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun