Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Pidato (Imajiner) Prabowo Soebianto

18 April 2019   03:02 Diperbarui: 18 April 2019   03:21 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi Kala Pak Prabowo Ultah

Bagi saya, para pemilih yang berjibaku menjalankan hak pilih inilah yang menjadi patriot-patriot sejati di zaman moderen ini. Merekalah pahlawan-pahlawan era millenium. Bukan saja mereka menolak money politics, tetapi juga mengeluarkan biaya dan waktu yang tak sedikit guna ikut menggunakan paku dalam menyoblos pilihan mereka.

Paku-paku itu ibarat bambu-bambu runcing yang digunakan laskar-laskar rakyat dalam perang kemerdekaan. Tentu, bukan untuk mengusir penjajah, tetapi bisa juga diartikan menghalau kekuatan asing yang ingin mendikte Indonesia.

Saya tahu betapa pahitnya revolusi nasional kita. Dalam nama saya, tersandang nama paman saya, Soebianto Djojohadikusumo. Paman saya sudah memberikan nyawanya dalam pertempuran di daerah Lengkong, Serpong, Tangerang.

Dalam usia muda, 23 tahun, Letnan Satu Soebianto tewas bersama 34 orang lainnya, termasuk Mayor Daan Mogot. Keduanya adalah pendiri Akademi Militer Tangerang. Mereka tewas ditembak dalam tugas melucuti tentara Jepang pada tanggal 25 Januari 1946.

Dalam karier militer, saya tentu juga sudah banyak berkorban. Biarlah itu menjadi catatan sejarah. Hanya saja, saya disadarkan betapa di dalam darah saya, di dalam nama yang saya sandang, kepentingan nasional Republik Indonesia (RI) adalah yang pertama dan utama. Tidak ada sama sekali kepentingan pribadi. Tidak juga kepentingan golongan ataupun keluarga.

Saudara-Saudara Sebangsa dan Setanah Air

Demi kepentingan nasional itu, demi merekat kembali rasa kebangsaan yang mulai tercabik-cabik kepada kepentingan politik, saya merelakan kepentingan pribadi disingkirkan. Saya menjunjung tinggi hukum. Sebab, kalau hukum tidak lagi dihormati, maka langit akan runtuh, rakyat akan pecah, bangsa Indonesia berada dalam keterombang-ambingan.

Walaupun saya tahu bahwa hasil perhitungan internal dalam tim menyatakan bahwa saya dan Sandiaga Uno menang, tetap saja KPU yang menjadi penentunya. KPU adalah lembaga konstitusional. Apapun yang dihasilkan dalam perhitungan suara internal kami, tetap saja kami hanya peserta. Kami bukan wasit, apalagi hakim.

Karena itu, dengan ini saya mengucapkan selamat kepada pasangan Ir Joko Widodo dan Profesor Kyai Haji Ma'ruf Amin yang sudah dinyatakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Terpilih versi Quick Count. Ucapan selamat saya ini tentu berdasarkan hasil quick count yang sudah diumumkan kepada publik di seluruh jaringan televisi nasional. Hasil itu sudah menjadi referensi dalam pemberitaan nasional, regional dan internasional.

Ucapan selamat saya tentu belum bernilai konstitusional, tetapi baru dalam dimensi etika politik.

Saya akan mengucapkan selamat secara konstitusional setelah seluruh proses selesai, baik di tingkat KPU ataupun Mahkamah Konstitusi (MK) RI. Tentu, saya menginstruksikan kepada Tim Hukum dan Advokasi BPN Prabowo -- Sandiaga Uno untuk menyiapkan materi gugatan kepada MK RI. Tujuan saya bukanlah menentang hasil pemilu, melainkan untuk memberikan kepastian hukum kepada hasil pemilu 2019 ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun